Oleh: Candra Ponco

(Untuk 12 tahun BangbangWetan)

“Rungokno titik-titik, ojok kakean timbangane pecah ndasmu.“

Itulah nasihat dari Pak Ndut Alm. di ulang tahun BbW yang ke-4, tahun 2010 yang lalu. Meski sudah mengetahui sosok Cak Nun, tapi untuk forum Maiyahan, terutama BangbangWetan, belumlah begitu saya pahami.

Saya hanya mengetahui sosok Cak Nun adalah budayawan yang selalu muncul di televisi sebagai narasumber untuk masalah politik pada akhir tahun 90an.

Sebagai orang awam, saya malah bingung, “Jan-jane iki forum opo toh?”, yo mbahas politik, mbahas agomo, mbahas sejarah, bahkan sampai membahas hal yang tak masuk akal.

Di awal saya mengikuti forum ini, karena membantu Pak Ndut sebagai pengaduk kopi di Pojok Ilmu, tenaga sayapun lebih terkuras untuk melayani jamaah yg memesan kopi daripada mendengarkan materi yang disampaikan para pegiat dan Cak Nun di panggung. Panggung yang masih di dalam gedung Balai Pemuda dengan jamaah belum sebanyak saat ini membuat saya penasaran jan-jane BbW iki forum opo toh? Maiyah ki aliran opo toh?

Apalagi pada saat itu ada KiaiKanjeng yang melantunkan shalawat dengan aransemen mulai dari ‘Hevenu Shalom Aleikhem’ dan lagu Natal ‘Joy to the World’. Kadang yo lagu dangdut, Cak Nun yo nyanyi lagu slow rock. Saya kembali bertanya-tanya KiaiKanjeng iku melu aliran musik opo?

“Kabeh aliran musik isok diterimo nang kene“, jawab Pak Ndut Singkat.

Yang membuat saya begitu menikmati forum Maiyah BangbangWetan saat itu karena di puncak acara, kami bersama sama tenggelam dalam alunan lagu “Shohibul Baiti”. Juga mungkin kami para jamaah sama-sama memaknai bahwa ‘Allah lah yang Menjaga forum Ini dan Nabi Muhammad yang menjadi Imam kami’.

Di tahun ke-12 Forum Maiyah BangbanWetan, semoga kami selalu dikuatkan iman seperti halnya upaya Cak Nun dalam menulis lirik Shohibul Baiti, ‘bahwa bukan hanya hati kami yang selalu dijaga oleh Allah, tetapi forum Maiyah di seluruh Indonesia juga akan dijaga oleh Allah’.

Candra ponco. Bagian udek kopi. Bisa disapa melalui akun twitter @cow431