Metaforatma

BangbangWetan dan Kopi Rempah

Oleh: Monalisa

(Untuk 12 tahun BangbangWetan)

Setiap bulan saat jadwal BangbangWetan tiba, rutinitas sore ngopeni ayam-ayam piaraan dan menyiram beberapa tanaman hias, sengaja  kulakukan lebih awal dari hari-hari biasanya.

 

Entah berapa kali sudah aku menjadi bagian dari jemaah BbW, yang jelas belum terlalu lama, mungkin jika diukur dengan usia 12 tahun BbW saat ini, kira-kira masih belum seperempatnya.

 

Rasanya bersemangat sekali, setelah semua “urusan” ayam dan tanaman rampung, aku bergegas ke dapur, kusiapkan termos kecil ukuran 500ml untuk selanjutnya kuisi dengan seduhan kopi rempah yang menjadi bekal wajibku bersama suami tiap kali akan bermaiyahan.

 

Sepertinya, kopi rempah racikan kami itu sudah menjadi senjata bagi kami yang secara usia bukan lagi jemaah belia. Sudah sepatutnyalah kami ekstra hati-hati dengan segala kemungkinan yang dapat mengurangi kegembiraan kami bermaiyah, karena masuk angin misalnya.

 

Alhamdulillah, meski perjalanan ditempuh dengan berboncengan motor sepanjang kurang lebih 120 km PP., kami baik-baik saja. Meskipun sesekali kami harus berpapasan dengan hujan dan gerimis, itu bukan penghalang bagi kami untuk bersyukur dan kami tetap bahagia, bahkan menjadi bahan kemesraan dalam pernikahan kami yang menuju usia perak.

 

BangbangWetan telah menjadi sumber kehangatan jiwa kami, sehangat kopi rempah andalan. Rasanya kami masih ingin seterusnya bersama BangbangWetan dan tak ingin  ketinggalan “episode-episode”nya.

 

Terima kasih BangbangWetan. Terima kasih kopi rempahku.

 

Monalisa : Penulis adalah ibu rumah tangga asli Madura berdomisili di Mojokerto yang mengenal Maiyah dari suami.