Berita Bbw Agustus: “Gambuh Kamardikan”
ADA yang berbeda dari pelaksanaan Majelis Masyarakat Maiyah BangbangWetan (BbW) di bulan Agustus. Tepat pada 19 Agustus 2016, untuk pertama kalinya BbW dilaksanakan di kompleks Tugu Pahlawan Surabaya. Berada diantara 2 patung proklamator dan sebuah monumen perjuangan, tentunya membuat suasana BbW kian semarak. Terlebih tema BBW kali ini adalah Gambuh Kamardikan.
Sembari ditemani alunan musik keroncong dari grup musik Kurmunadi, BbW kali ini turut dihadiri oleh Mas Helmi Mustofa dan Mas Harianto, serta Kyai Muzammil dari Yogyakarta.
Mengingat begitu luasnya makna merdeka, maka dalam pengantarnya Mas Hariyanto membatasi kemerdekaan dalam sudut pandang sebuah negara. Mas Harianto menjelaskan anatomi penjajahan, bahwa menurutnya banyak yang mengira negara kita sudah merdeka, namun sebenarnya masih terjajah dalam bentuk yang berbeda. Kemerdekaan yang dirasakan saat ini tak lain adalah strategi penjajahan baru sehingga yang dijajah tidak merasa bahwa ia sedang terjajah.
Sedangkan Mas Helmi lebih menekankan makna merdeka itu sendiri. Beliau menyampaikan adanya istilah mengisi kemerdekaan berarti merdeka bisa dimaknai sebagai ruang yang tidak bisa dibiarkan kosong begitu saja.
Tidak ketinggalan, Kyai Muzammil yang juga turut hadir dalam kesempatan ini memberikan wedarannya bahwa merdeka yang dirasakan oleh bangsa Indonesia saat ini hanya sebatas balik nama. “Merdeka seharusnya kembali pada jati diri Nusantara yang sebenarnya,” ucap kyai kepada jamaah.
Jamaah juga kembali diingatakan apa yang pernah dikatakan Cak Nun bahwa puncak kemerdekaan adalah pengetahuan tentang batas.
Hanya diri sendirilah yang mengetahui batas masing-masing sehingga ia bisa dikatakan merdeka.
BangbangWetan Agustus yang diakhiri dengan lantunan wirid Wabal tersebut juga merupakan penutup dari edisi tahun ke-9. Sampai jumpa (InsyaAllah) bulan depan pada edisi pertama tahun ke-10, yang juga merupakan edisi khusus dalam rangka 1 Dekade BbW.