Berkurang Jatah Hidup

Bagikan

Oleh: Tamalia Yunia Nurrahmah

Rabu dini hari, tepat tanggal 16 Juni 2021, saya menerima pesan ucapan selamat ulang tahun. Saya menyadari akan usia yang semakin bertambah dan jatah hidup di dunia yang semakin berkurang. Sepantasnya saya berbahagia dan bersyukur atas anugerah dari Allah atas nikmat sehat dan hidup.

Saat itu sekitar pukul 02.00 dini hari, saya dingatkan kembali oleh Allah tentang arti sebuah kehidupan dan kematian. Pintu rumah diketuk oleh tetangga depan yang mengabarkan suaminya meninggal. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Tersadar akan hari lahir, tersadar pula ada orang yang pada hari itu dipanggil untuk kembali kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah pengingat bahwa siapa dan apa saja berasal dari Allah dan kita akan kembali kepada-Nya. Kematian adalah gaib, segala yang terjadi dalam hidup ini adalah rahasia Tuhan. Rasulullah saw. mengatakan bahwa, ’’Khoirul mau’idlati mautun’’, nasihat yang terbaik adalah maut.

Kesadaran utama dalam kehidupan adalah kesadaran tentang kematian. Karena alamat kematian adalah garis batas akhir kehidupan. Yang paling pokok harus diurus manusia bukanlah kebebasan, melainkan batas-batas. Dengan kata lain, pelajaran utama tentang kehidupan sebenarnya adalah bagaimana menyadari kematian. (Emha Ainun Nadjib)

Kondisi pandemi Covid-19 sudah setahun lebih menguji kesabaran manusia agar selalu iling lan waspada. Hampir setiap hari berita kematian kita dengar dari saudara atau tetangga dikarenakan terpapar virus Covid-19. Kita  sebagai manusia tidak bisa lari dari takdir-Nya. Yang bisa kita lakukan salah satunya adalah mendekati yang menciptakan virus. Memohon agar Tuhan merahmati hidup kita. Takwa, tawakal, dan kepasrahan kepada Tuhan adalah bentuk ikhtiar atau upaya agar Tuhan melindungi kita.

Padahal meskipun manusia bertaqwa, bertawakkal, rajin beribadah, dan selalu beramal saleh, tetap saja ia tidak berdaya atas ketentuan matinya. Anak-anak di kalangan kaum muslimin sudah hafal rumusnya: “La haula wala quwwata illa billahil ‘Aliyyil ‘Adhim”. Tiada kuasa tiada daya kecuali pada atau dimiliki oleh Allah yang maha tinggi dan maha agung. (Tetes: Meskipun Bertaqwa, Manusia Tetap Tidak Berdaya)

Saya ingin berbagi kisah, di kantor tempat saya bekerja, satu orang berdasarkan hasil tes swab PCR dinyatakan positif Covid-19. Oleh sebab itu, seluruh pegawai disarankan untuk melakukan tes swab. Hasilnya, hampir seluruh pegawai terkonfirmasi positif. Saya bersyukur berdasarkan hasil tes, saya masih dinyatakan negatif. Tetapi itu hanya hasil dari ilmu manusia. Mungkin Tuhan sedang bermurah hati kepadaku sehingga masih diberi kekuatan dan kesehatan.

Ada teman kantor yang bertanya, ‘’Jamu mu opo, koncone positif kabeh kok awakmu ora?’’

Pertanyaan itu hanya bisa dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Dalam beberapa tausiyah, Mbah Nun pernah menyampaikan, kita harus menjaga hubungan baik dengan Allah, agar Allah berkenan memberikan kita perlindungan. Tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga imunitas tubuh.

Setalah teman saya banyak yang terkonfirmasi positif, selang beberapa hari kemudian suami saya tidak enak badan. Tidak bisa mencium bau, pusing, dan mengalami gejala seperti yang dikatakan orang-orang bahwa itu adalah gejala Covid-19. Suami saya tidak tes di awal gejala, hanya langsung menjalankan isolasi mandiri selama kurang lebih 14 hari. Ketika dirasa sudah sembuh, 14 hari kemudian dia tes swab dan dinyatakan negatif. Hasil tes itu sebagai persyaratan agar dia pulang tidak dengan membawa virus ke rumah.

Tujuh hari yang lalu bulik saya meninggal setelah 5 hari dirawat di rumah sakit karena virus Covid-19. Hasil rontgen menunjukkan bahwa paru-parunya sudah putih. Entah hanya opini publik atau nyata, banyak dari orang terdekat kami yang sembuh lantaran isolasi mandiri di rumah dengan baik. Dan banyak juga yang meninggal lantaran dibawa atau dirawat di rumah sakit. Wallahu a’lam.

Yang bisa saya istiqomahi akhir-akhir ini adalah mencoba mengamalkan apa yang pernah dituliskan Mbah Nun untuk Jamaah Maiyah pada tanggal 24 Maret 2020, yaitu ba’da Isya membaca surat Al-Fatihah, Surat Al-Hasyr, Ayat Kursi, wirid Ya Hafidz Ya Hafidz Ihfadna, wirid Ya Rohman Ya Rohim Ya Hadi Ya Mubin, wirid kelembutan Muhammad, Hasbunallah, dan diakhiri dengan Surat Yasin ayat 82.

Akhir-akhir ini selama pandemi kita memang sudah jarang maiyahan atau sinau bareng secara langsung, tetapi semoga kita tidak pernah lupa menyelipkan doa dan Al-Fatihah untuk guru kita (Mbah Nun, Mbah Fuad, dll), orang tua kita, dan saudara-saudara kita. Semoga Allah berkenan memberikan perlindungan dan penjagaan serta apabila nanti disaat jatah hidup kita telah habis, kita semua menghadapi kematian dengan husnul khatimah. Aamiin…

Lamongan, 22 Agustus 2021

JM asal lamongan yang kesehariannya disibukkan dengan kerjaan dan mengasuh buah hati, bisa di sapa di X @tamaliayunia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *