Kolom Jamaah

Co-Pilot Angkot – Bukan Anak Jalanan (1)

Kemlagen #25

Oleh: Samsul Huda

Seperti yang saya ceritakan di seri Kemlagen #14 (Santri Bonek–Amul Huzni 2), pengalaman mbecak di pasar Pucang Anom, Surabaya, tahun 1984 dan “berumah” di masjid dekat pasar membuat saya berani bermimpi kuliah di kota manapun karena pasti ada transportasi becak di sana. Alhamdulillah, mimpi itu jadi nyata dengan diterimanya saya di Prodi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Malang (sekarang Univ. Negeri Malang).

Kebingungan awal ketika hendak memulai perkuliahan di Malang dijawab Allah Swt. dengan kesadaran baru bahwa ternyata ada saudara di kota itu. Paklik Sulhan, demikian saya memanggilnya, adalah putra dari Yai Said, adik kakek dari jalur ibu. Ia tinggal di kawasan utara Kota Malang, tepatnya di Jl. Sumpil Gg. 3. Ke sanalah saya menuju untuk mendapatkan bimbingan dan arahan.

Selanjutnya, walau rumahnya kecil, Lek Sulhan meminta saya tinggal dan makan seadanya di sana. Nafkahnya didapat dari kemahirannya dalam mereparasi mesin bemo (angkutan kota roda tiga berisi 7 penumpang di kota-kota besar antara tahun 70-an sampai pertengahan 90-an). Beliau ahli dalam memperbaiki mesin bemo sehingga punya banyak kenalan supir dan pemiliknya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama kuliah, saya harus bekerja. Namun karena tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman mbengkel, maka saya dititipkan ke salah satu sopir yang juga saudara Lek Sulhan. Kemudian Cak Ri, demikian saya memanggilnya, menugaskan saya menjadi “asisten”-nya atau kernet.

Setiap  hari, sebelum  atau  sesudah  kuliah,  saya  ikut  Cak  Ri  bersama  bemo  yang dikendarainya. Trayek yang harus dijalani adalah pulang-pergi dari  Pasar Blimbing sampai Pasar Besar melewati RSUD Dr. Saiful Anwar, Polres Kota, dan Alun-alun Malang. Setiap penumpang dikenai tarif yang sama,  jauh-dekat Rp 75. Mereka duduk berhadapan tiga-tiga dan satu di depan berdampingan dengan sopir. Kalau penumpang sudah penuh, maka saya harus bergantungan di belakang sambil berdiri.

Sebenarnya, bemo tidak membutuhkan kernet. Penumpang cukup menekan tombol tanda untuk berhenti kemudian turun dan membayar ongkos langsung ke sopirnya. Kalau ada bemo yang mengajak kernet, maka fungsi utamanya adalah mencari penumpang ketika berhenti di pertigaan, perempatan, atau gang-gang di rute yang dilalui. Alasan lain adalah karena sopir membutuhkan teman ngobrol biar tidak kesepian atau karena ingin berbagi rezeki dengan kernetnya.

Untuk alasan terakhir itulah Cak Ri menjadikan saya kernet. Orangnya santai, kalem, namun serius dalam bekerja. Selain itu, ia cukup terbuka dan dan “nyedulur“. Perawakannya agak kecil dan kurus. Ia tipe suami yang setia dan selalu berusaha membahagiakan istrinya. Saya tidak pernah melihat Cak Ri mbesengut, marah, atau bicara dengan nada tinggi kepada istrinya. Sebaliknya, sang istri juga penyabar, sederhana, dengan wajah yang selalu tampak sejuk.

Sudah sekitar 35 tahun, sejak tahun 1986, saya tidak pernah bertemu mereka. Bersama Cak Ri, saya jalani ngernet bemo sekitar tiga bulan, bulan Agustus hingga Oktober 1985. Setelah itu saya harus alih profesi menjadi pedagang asongan kue onde-onde. Namun demikian, kenangan hidup bersama mereka sangat indah dan tidak akan saya lupakan begitu saja.

ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺸْﻜُﺮِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻟﻢَ ْﻳَﺸْﻜُﺮِ ﺍﻟﻠﻪَ

(Man lam yasykurinnasa lam yasykurillaha)

Barangsiapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Allah Swt.

Untuk Paklik Sulhan dan Cak Ri beserta keluarga, do’a terus saya panjatkan agar sampeyan semua selalu dalam naungan kasih sayang dan perlindungan Allah Swt.

جَزَاكُمُ اللهُ اَحْسَنَ الْجَزَاء

(Jazakumullah ahsanal jaza’)

Semoga Allah Swt. membalas amal kebaikan kalian dengan balasan yang jauh lebih baik, aamiin…

—oOo—

Penulis adalah santri di PP Roudlotun Nasyi’in, Beratkulon-Kemlagi dan PP Amanatul Ummah Pacet. Keduanya di Mojokerto. Mengaku sebagai salah seorang santri di Padhang mBulan, penulis bisa ditemui di kediamannya di dusun Rejoso-Payungrejo, kecamatan Kutorejo, Kab. Mojokerto

Leave a Reply

Your email address will not be published.