Kolom Jamaah

GERAH JIWA

img_3076

Oleh : Ratih Puspa Mustofa

Tak mudah menerjemahkan apa yg sebenarnya terjadi saat ini. Sudah sedemikian tuakah bumi ini sehingga membuat para penghuninya tak lagi mampu berdialog dengan hati. Tak ada lagi jaminan bahwa kata mampu menentramkan, ucapan mampu menenangkan dan seruan mampu menyejukkan hati sesama. Karena bahasa yang dipakai adalah terjemahan dari bahasa nafsu sang penyampainya. Bisikan hatinya telah tertutupi oleh bahasa nafsu. Tak heran hanya sumbang yang terdengar. Para muda tak lagi cakap bertutur kepada para sesepuhnya. Terjebak dalam retorika kata olahan sang sutradara penghancur massa. Sungguh keluhuran budi para muda telah tercerabut untuk diganti benih anarki. Berlebihankah bila menyebutnya sebagai jiwa yatim piatu?

Bersama tapi terberai
Berkumpul hanya simbol
Tak mampu mengurai makna hakiki
Terdiam hanya meratapi
Tak kuasa menahan perih hati
Bagai sembilu mengiris sanubari
Di mana bijak kau sembunyi
Tak pelak jiwa ini mencari
Tak ku temui sang peng-angon
Hilang ditelan murka ego
Salah mengira mata telanjang
Bukan hati yang dipakai tuk memandang
Wahai raja diraja bertahta dijiwa
Buka tirai penutup mata
Hanya masa yang mampu berkata
Mengungkap makna yang tertunda.

Tampak di seberang oase yang meneduhkan jiwa, kolam yang riak gelombangnya mulai merangkai menjadi lingkar pusaran energi Illahi yang di dalamnya memuati kasih sayang dan kebersamaan dengan Allah dan Rasullulah. Maiyah adalah sumur kehidupan yang tak habis ditimba ilmunya. Menjejak kaki di bumi dan mentransfer energi Robbani. Menanam di ladang Maiyah, semoga sang penerus mampu berpanen rahmah.

Penulis bisa ditemui di : ratihpuspa.mustofa@gmail.com