Prolog

Kapan Datang Engkau Menjelang? – Prolog BangbangWetan edisi Mei 2022

Oleh: Tim Tema BangbangWetan

Setelah kita—yang Insyaallah–“berhasil” menjalankan Puasa Ramadhan, Bulan Syawal ini menjadi pelengkap atau penyempurna laku Puasa Ramadhan kita. Setelah berpuasa selama sebulan penuh, Allah mengajarkan untuk menambahkan dengan puasa sunnah Syawal selama enam hari. Supaya puasa kita jangkep, kesungguhan kita juga supaya dibayar oleh kemurahan Allah dengan membukakan pintu hidayah dan tobat atas kesalahan kita yang sebelumnya.

Mbah Nun pada Bulan Ramadhan sampai Syawal ini semakin intens mengajak Jamaah Maiyah dan Simpul Maiyah di segala penjuru untuk melakukan Tawassulan. Karena menurut Mbah Nun, Tawassulan ini merupakan pelengkap dari laku tirakat, wirid, dan puncak pencapaian spiritual perjalanan Maiyah. Atau mungkin saja Mbah Nun sedang mengajak kita untuk njangkepi (menyempurnakan) laku puasa kita supaya Allah benar-benar tak tega hati untuk tidak menolong kita, karena kita telah bersungguh-sungguh berusaha terus mbuntut di belakang jalan yang dicontohkan Rasulullah.

Maka semua hal yang telah diusahakan Mbah Nun dan Maiyah, puncaknya selama Bulan Ramadhan dan Syawal ini merupakan sedekah hidup kepada dunia dan rakyat Indonesia. Supaya dengan kelembutan syafaat Kanjeng Nabi Muhammad, hati kita ditetesi kelembutan Muhammad, untuk menyambut rasa rindu kita, ”Kapan Datang Engkau Menjelang?”, kepada Allah.

Kapan datang

Engkau menjelang

Menguakkan kerinduan

Wajah samar dalam bayangan

Mengurungku di kesunyian

Jiwaku terbaring

Luruh dan kelaparan”

(Muhammad Ainun Nadjib “Engkau Menjelang” 1995)

Kita berpuasa, menangis, berwirid bersama demi dan untuk supaya Engkau (Allah) datang menjelang, menolong, dan menyelamatkan kita dari segala bentuk ketidakberdayaan atas hidup yang kita jalani dengan usaha yang sungguh-sungguh. Maka pada Majelis Ilmu BangbangWetan edisi Mei ini kita hadiahkan wirid “Ya Latif” sebanyak 1000x sepenuh hati untuk mensyukuri Milad Mbah Nun. Juga kita Sinau Bareng tentang apapun yang kita butuhkan untuk menyambut Engkau Menjelang menolong kehidupan dan rakyat Indonesia.

“Kekasih

Ooh kekasih

Bukanlah pintu itu bagiku

Allahku

Ooh Allahku

Dunia ini tak lagi memikat hatiku”

Leave a Reply

Your email address will not be published.