Kenyamanan dan Kebahagiaan: Kunci Utama Belajar

Oleh: Mashita Charisma Dewi E.
“Kenapa ya, Bu, kalau di rumah, anak saya itu susah kalau disuruh belajar?” Kalimat yang sering terlontar dari beberapa wali murid kepadaku. Terkadang saya lebih banyak mendengar keluhan tentang anak didik saya dari orang tuanya. Mereka tidak pernah menanyakan atau ingin tahu tentang kemampuan yang dimiliki sang anak. Sampai beberapa waktu lalu ada salah satu wali murid yang dengan sengaja mengintip anaknya yang sedang belajar di bimbingan belajar yang saya kelola. Hal itu dilakukan untuk menyaksikan sendiri kemampuan yang dimiliki sang anak.
Orang tua tersebut kaget. Karena kemampuan yang diperlihatkan sang anak tidak sama dengan yang ia saksikan di rumah sehari-hari. Terkadang orang tua memang lebih fokus menuntut kemampuan yang tidak dimiliki anaknya sehingga ia lupa dengan beberapa kemampuan yang putra-putrinya telah miliki.
Suasana hati anak pun terkadang berpengaruh besar terhadap hal-hal yang ia pelajari di sekolah, di rumah, maupun di tempat belajar tambahan. Terkadang ketika ibu atau ayah di rumah sudah lelah seharian dengan rutinitas pekerjaan, tetapi masih harus menemani sang anak belajar. Hasilnya hanya kemarahan dan suara tangisan dari sang anak.
Mbah Nun pernah berkata dalam salah satu Sinau Bareng-nya, “Lek koe nuntut muridmu iso, sing mbok oleh yo mung awakmu muring-muring tok. Wes toh ngajaro ojok nuntut muridmu iso, iku kuasane Allah ilmu iku melbu opo ora.” (Jika kamu menuntut anak didikmu bisa, yang kamu dapat hanyalah marah-marah saja. Sudah lah mengajar saja, urusan bisa atau tidak bisa itu kuasa Allah). Kalimat tersebut yang saya jadikan visi untuk mendirikan tempat mengajar yang saya miliki. “Mendidik dengan hati”. Satu kalimat ringkas, tetapi berjuta makna dari Si Mbah.
Sampai saat ini, mungkin saya masih memiliki banyak kekurangan dalam membimbing mereka. Tetapi yang berusaha saya ajarkan adalah cara mereka menyayangi, mengamankan, dan mengayomi beberapa teman yang ada di sekitar mereka.
Menggali kemampuan yang dimiliki beberapa anak didik adalah tugas saya. Tingkah aneh dan lucu mereka adalah pemandangan setiap saat. Ketidakpercayaan kepada sekolah formal membuat saya punya energi untuk mendirikan dan menciptakan metode belajar yang tepat kepada setiap anak. Kenyamanan belajar dan kebahagiaan setiap anak yang saya utamakan di dalam belajar.
Hidayah ilmu itu hak dari Allah untuk melimpahkan kepada delapan belas anak yang setiap Senin hingga Kamis, pagi dan malam, selalu bersama saya saat ini. Amanah dan tanggung jawab terbesar yang saya miliki saat ini.
Penulis adalah Jamaah Maiyah asal Sidoarjo yang berkecimpung dalam bidang pendidikan anak usia dini serta aktif menulis .Bisa disapa di akun instagram @sitaeliyas