Reportase

Kesadaran Alam – Reportase BangbangWetan Desember 2022

Kesadaran Alam

Rinai hujan mengantarkan para jamaah menuju Kayoon Heritage Surabaya, tempat digelarnya majelis ilmu BangbangWetan. Minggu malam yang agak dingin kali ini tidak membuat para jamaah malas bergerak untuk Maiyahan, juga tidak menyurutkan geliat para penggiat dalam menyiapkan segala keperluan rutinan. Mereka ingin menutup tahun 2022 ini dengan ber-BangbangWetan bersama, sembari menikmati kopi dan bercengkerama dengan sesama.

Aktivitas keilmuan kali ini diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh beberapa penggiat dan dilanjutkan dengan bersholawat bersama para jamaah. Berharap supaya majelis ini penuh berkah dan dapat memberikan manfaat untuk umat manusia. Mas Yasin membuka majelis dengan mengemukakan tema bulan ini yaitu “Jagad Pangiling”. Dilanjutkan dengan menikmati alunan musik keroncong dari teman-teman Mitra Surabaya. Seusai keroncongan bersama, tim tema membabar “Jagad Pangiling” sebagai pijakan awal diskusi malam itu. Selang beberapa saat kemudian Cak Dil bersama Pak Amin Widodo (Teknik Geofisika ITS) dan Pak Darmaji (Matematika ITS) turut melingkar membersamai diskusi.

Pak Amin selaku peneliti kebencanaan mengatakan bahwa selama di suatu wilayah tidak ada manusianya, maka itu bukan bencana. Semisal terjadi banjir di tengah hutan, bukan sebuah bencana sebab tidak ada manusia yang terdampak. Seharusnya semua peristiwa alam dikaji dan diteliti secara utuh, sebagaimana tugas manusia untuk terus belajar termasuk dalam hal kebencanaan. “Nenek moyang kita dulu selalu niteni kejadian-kejadian alam yang terjadi, sebagai informasi atau pengingat untuk anak cucu mereka kelak. Bahkan banyak yang dicatat secara runtut dan rinci dalam naskah lama, hanya saja sekarang tidak ada yang mempelajarinya karena berbahasa Jawa Kuno”, tutur Pak Amin.

Bangbangwetan Desember 2022

Beberapa peristiwa alam besar yang merugikan manusia ternyata disebabkan oleh manusia itu sendiri. Banjir bandang yang menerjang rumah dan menimbulkan banyak korban disebabkan oleh penggundulan hutan yang masif pada bagian hulu. Polusi udara, pencemaran sungai, kerusakan laut, dan pemanasan global adalah hasil dari kerakusan manusia serta kesadaran yang rendah akan pentingnya menjaga alam. Tindakan-tindakan manusia hari ini adalah perusakan bukan pelestarian, baik dalam skala kecil maupun besar. Pak Amin juga menyampaikan manusia dalam memandang alam atau bencana itu ada tiga golongan: pertama orang yang tahu, kedua orang yang tidak tahu, dan yang ketiga orang yang tidak mau tahu. Termasuk golongan yang manakah kita!? Itulah penentu kondisi alam kita kelak.

Cak Dil yang datang dari Malang sore itu manthuk-manthuk mengiyakan yang disampaikan Pak Amin. Sambil menikmati kretek, beliau menambahkan bahwasanya bencana itu hanya perspektif manusia saja, pada hakikatnya tidak seperti itu. Bencana sangat banyak penyebabnya tidak hanya karena faktor alam, yang selain alam juga banyak seperti bencana karena perkembangan teknologi, bencana karena kelalaian manusia, bencana karena kerakusan, dan sebagainya. Cak Dil memberikan contoh kejadian tenggelamnya kapal Tampomas merupakan bencana kelalaian, sebab banyak hal teknis kapal yang diabaikan. Ketika terjadi bencana juga dapat kita lihat sifat asli manusia, kita akan melihat ada orang yang serius menolong, ada orang yang mengabaikan korban, ada orang yang hanya numpang tenar, ada pula yang tega mengambil keuntungan.

Grup keroncong Mitra Surabaya kembali memainkan alat musiknya menyelingi diskusi yang larut nan dalam. Sebagai refresh otak yang sudah kemebul. Selanjutnya giliran Pak Darmaji yang menyampaikan pandangannya tentang alam dan bencana. Beliau berpendapat jika semua hal itu teratur termasuk bencana, manusia saja yang kurang istiqomah dalam men-tadabbur-i. Manusia terlalu cepat mengartikan kejadian, dan sering abai atas apa-apa yang sudah dilakukan sehingga berdampak buruk pada alam. Setelah itu muncul respons yang cukup menarik dari salah satu jamaah, ia mengatakan, “Kesalahan manusia itu terlalu cepat dalam bergerak sehingga alam tidak mampu mengimbanginya”.

“Seluruh alam ini ada keteraturannya dan pada suatu saat terjadi anomali yang disebabkan oleh manusia, contohnya perubahan iklim”, ucap Pak Amin menanggapi jamaah. Menurut beliau, bencana itu sudah tertulis sebelum manusia ada, dan semua ciptaan Allah itu ada ukurannya. Manusia tidak boleh salah sikap dan tindakan kepada alam, harus sesuai dan selaras seperti hasil-hasil budaya nenek moyang kita yang dapat dijadikan sebagai mitigasi bencana. Intinya adalah terus belajar, terus memupuk kesadaran akan pentingnya melestarikan alam.

Tak terasa malam sudah sangat larut dan memberikan tanda untuk menyelesaikan diskusi malam itu. Sebagai penutup Pak Darmaji memimpin doa bersama para jamaah dengan khidmat dan tulus

[Tim Reportase BangbangWetan]

Leave a Reply

Your email address will not be published.