Menekan Reaktor Hidayah
WELASAN. Bagi sebagian besar manusia, kegiatan rutin yang kita jalani setiap sebulan sekali ini dipandang aneh dan gila. Duduk berjam-jam hingga tengah malam, bahkan sampai subuh, tanpa tendensi apapun. Kepentingan yang nonsens, tidak seperti kebanyakan orang modern yang berkumpul karena ada maksud pribadi dan golongan. Itulah kesamaan yang menghasilkan kebersamaan kita dalam Maiyah, berangkat dari kemurnian niat dan ketulusan hati tanpa kepentingan apapun.
Dalam dunia modern, kepentingan politik kebanyakan memberikan warna bagi setiap pertemuan massa. Kepentingan-kepentingan disusun sedemikian rupa oleh penyelenggara maupun dalang acara. Strategi dan cara pencapaiannya dilakukan asalkan kepentingannya terpenuhi. Bisa dirasakan dan dicek sendiri kebenarannya. Berbeda dengan lingkaran kita. Maiyah, berkumpul karena tresna marang Gusti Allah dan Kanjeng Nabi. Berdasarkan hal itu kita berkumpul tanpa kepentingan apapun, hanya cinta yang mendorong kita untuk sekedar bertemu, bersama merawat cinta didalam hati dan pikiran kita.
Setelah Subuh tiba, kita beraktivitas seperti biasannya. Bekerja dan kuliah seperti biasannya. Yang bekerja tetap menjalankan kewajibannya sebagai karyawan, guru, dosen, dan lain sebagainya. Yang berkuliah tetap berangkat ke kampusnya untuk menambah pengetahuan menyongsong masa depan. Tak ada rasa malas ataupun capek setelah semalaman tak tidur. Kantuk pun hanya sekedarnya, malah semangat kita semakin bertambah karena energi yang meluap dari lingkaran cahaya dalam balutan Maiyah.
Seperti halnya di Surabaya, BangbangWetan selalu kita nantikan setiap bulan untuk menumpaskan kerinduan. Forum bulanan yang kini berusia sebelas tahun ini setia menemani kerinduan para Jannatul Maiyah di tengah hiruk pikuknya Surabaya. Sebuah tempat sunyi para pencari kesejatian dari keramaian duniawi.
Kita dalam Maiyah adalah ‘Petaka Hidayah’. Seolah-olah kita memperoleh petaka, penderitaan. karena duduk berjam-jam tanpa ada kepastian karier atau pencapaian duniawi apapun. Namun di tengah itu semua, kita tercerahkan oleh pemurnian ilmu dan logika berpikir. Hasil yang kita peroleh adalah pikiran kita yang anti-mainstream, berbeda dengan pemikiran umum yang berkembang di masyarakat modern. Yang kita rasakan dalam lingkaran Maiyah adalah proses pembenahan yang langsung diberikan Allah melalui perantara Kanjeng Nabi. Petaka jika dilihat dari sudut pandang materialistik, namun hidayah jika disongsong dengan kebahagiaan dari sudut pandang kita sendiri, karena tidak ada materialistik dalam maiyah, dan maiyah itu sendiri bukan material.
Meminjam analogi dari bom nuklir, bom tidak akan meledak jika tidak ada reaktor nuklir yang bekerja sebelumnya. Maiyah dan setiap event Maiyahan adalah ‘reaktor hidayah’. Hidayah Allah bertebaran luas di berbagai tempat dan terentang di beragam waktu, namun tak semua orang diperkenankan mampu mengaksesnya. Maiyahan mengasah daya tangkap terhadap hidayah Allah yang tak terbatas itu.
Hidayah Allah ini berkaitan tentang lonjakan garis masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan. Seperti dalam khasanah ilmu Nabi Khidir ketika menggurui Nabi Musa AS. Ketiganya adalah siklus kehidupan yang mau tak mau harus kita jalani.
Dalam nuansa 11 Tahun BangbangWetan kali ini sudah seyogyanya kita menata kembali intuisi atas hubungan masa lalu, masa kini, dan masa depan untuk menjemput hidayah Allah. Selanjutnya adalah mencari dan memahami momentum untuk menekan reaktor hidayah. Aplikasi kepada kehidupan pribadi dan masyarakat adalah target selanjutnya. Walaa tansa nashibakaa minad-dunya.
Oleh : Fajar A / Muhammad A
Pemuda kelahiran Jombang, bisa dihubungi di: fajarakmal165@gmail.com