Rahim

Minder: Salah Satu Bahan Bakar Diri untuk Bertumbuh dengan Baik

Oleh: Mashita Charisma Dewi E.

“Pernah gak sih kalian merasa minder?”, sebuah pertanyaan yang sering menyerang kebanyakan orang. Terutama kepada wanita, pasti pernah dan bahkan sering. Lantas apa yang kalian lakukan? Haruskah kita misalnya, sebagai seorang wanita menghilangkan perasaan tersebut supaya tidak sering menghantui diri kita sendiri.

Minder adalah gejolak rasa yang sering bersahabat dengan wanita. Apalagi ketika beberapa wanita bertemu dengan orang-orang yang membuat dirinya merasa tidak percaya diri. Misalnya pada saat bertemu dengan wanita lain yang merasa lebih pintar, cantik, atau bahkan populer. Padahal standart kepintaran, kecantikan, bahkan kepopuleran itu menurut cara pandang dan penilaian setiap orang berbeda-beda. Tidak ada standart baku.

Tetapi kenyataan yang sekarang terjadi, masyarakat membuat standart baru yang membuat rasa minder itu menjadi-jadi—khususnya bagi orang yang tidak terkategorikan dalam penilaian standart mainstream. Misalnya ketika orang yang lebih cantik secara fisik lebih didengar pendapatnya, orang yang dirasa lebih pintar menunjukkan kemampuannya, bahkan orang yang lebih populer menunjukkan siapa dirinya. Mereka akan lebih diterima, dipandang baik, dan mendapatkan perhatian oleh kebanyakan orang.

Lantas, apakah kita yang tidak termasuk dalam standart kebanyakan orang itu harus merasa minder? Jawabannya tidak! Kita tidak harus menjadi seperti mereka. Kita hanya harus menjadi diri sendiri, yang dimulai dengan menggali kemampuan diri, mengasah bakat, serta lebih mencintai apa yang diri kita miliki—yang menjadi anugerah Tuhan atas diri kita.

Seperti yang saya pribadi rasakan. Beberapa waktu yang lalu saya mengalami hal-hal tersebut. Sampai pada waktu ketika ada salah satu orang yang datang dan menyemangati saya dengan sebuah pelukan disertai kalimat penyemangat, “Jadi guru itu susah loh. Aku yakin kamu itu salah satu yang dipilih Tuhan untuk itu”. Satu kalimat  yang memang membuat  saya bangkit dan menemukan siapa jati diri saya sebenarnya.

Salah satu jati diri yang saya temukan dalam diri saya adalah dengan mengajar dan menyalurkan ilmu yang saya miliki, supaya menjadi pribadi yang lebih hidup. Utamanya saya lebih menghargai siapa diri saya dan apa tujuan Tuhan menciptakan saya di dunia. Yang tentunya saya menjadi lebih bahagia ketika melihat beberapa keceriaan anak didik. Bukankah menjadi manusia yang lebih bermanfaat buat banyak orang itu bentuk kesuksesan juga!?

Minder itu masih selalu berteman dengan diri saya, manusiawi bukan!? Minder yang semula menjadi toxic, saya olah menjadi immunity diri dengan cara berdamai dengan kata itu dan mengubahnya menjadi rasa syukur. Karena setiap orang diciptakan oleh Tuhan dengan manfaat dan keistimewaan masing-masing. Begitu juga apa yang ada dalam diriku dan dirimu.

Sampai detik ini mungkin juga beberapa wanita di luar sana masih sering merasakan perasaan minder. Minder itu manusiawi, karena kita sebagai wanita mempunyai perasaan yang lebih peka dan lebih besar dari pria. Langkah penyelesaian untuk mengatasi rasa minder adalah dengan mengubah perasaan tersebut dan menjadikannya bahan bakar bagi diri kita untuk bertumbuh menjadi lebih baik. Serta banyak belajar terhadap berbagai hal, supaya lebih peka dalam membaca dan menyikapi keadaan di sekitar.

Ada beberapa kalimat dari pengalaman saya yang semoga bisa kita jadikan pegangan untuk mengatasi rasa minder, ”Jangan pernah membandingkan dirimu dan istimewamu dengan orang lain. Yang itu tidak akan berhenti dan tidak akan habis. Dirimu lebih istimewa ketika berhasil memeluk hati dan rasa minder tersebut menjadi kekuatan untuk terus hidup dan berkembang.

Penulis adalah Jamaah Maiyah asal Sidoarjo yang berkecimpung dalam bidang pendidikan anak usia dini serta aktif menulis .Bisa disapa di akun instagram @sitaeliyas

Leave a Reply

Your email address will not be published.