Pancaroba Kesadaran – Prolog BangbangWetan Oktober 2021
Prolog BangbangWetan Oktober 2021
Pancaroba Kesadaran
Tuhan menciptakan manusia dan semua makhluk dengan bahan mentah yang diambil dari diri Tuhan sendiri. Semua yang berasal dari Tuhan adalah sejati dan abadi. Maka perjuangan manusia adalah menempuh pengetahuan, ilmu, teknologi, dan peradaban yang sejati dan meng-abadi.” [Mbah Nun; Tetes, “Makhluk Rohani”]
Berpijak pada pemahaman bahwa manusia berasal dari Yang Sejati, maka dengan sifat dasar kedinamisan yang dimilikinya, ia harus mengalami pancaroba kesadaran secara berulang. Pancaroba ini berbeda dengan fase perubahan musim sebagai keniscayaan, di mana–sebagai salah satu makhluk–manusia tak punya kuasa untuk menjadi penentu. Ia cuma punya daya dalam menyikapinya.
Pancaroba kesadaran adalah sebuah tindakan sengaja yang terhubung kuat dengan hukum fisika “aksi-reaksi”. Tindakan yang dimaksud dimulai dari penangkapan indrawi atas fenomena. Dari sini proses dilanjutkan dengan pengolahan impuls yang berujung pada lahirnya kata, laku, rasa, dan pemahaman. Proses ini terjadi secara berkelanjutan dan harus tetap berlandaskan pada niatan awal untuk kembali pada tujuan kesejatian.
Untuk menyederhanakan premis di atas, mari kita coba membahasnya pada ranah keseharian. Pergantian hari, tanggal, dan musim adalah kewajaran yang kita alami dalam hidup. Ia menjadi tidak wajar ketika ada mispersepsi dan kegagalan dalam memberikan sikap.
Demikian halnya dengan pergantian musim, pancaroba. Seperti apapun perubahannya, gejala ini semata hanya rutin yang bersifat repetitif. Namun akan terjadi abnormalitas ketika perulangan itu tak berhasil disikapi dengan ketepatan dan akurasi.
Lebih dari sekadar reaksi, kami mengusulkan satu bentuk respons yang lebih berdaulat di mana fokus dan sumber pergerakan diarahkan kepada apa-apa yang ada di dalam diri. Sebuah tanggapan atas apapun gejala yang diharapkan memiliki kadar ketangguhan lebih tinggi.
Sikap itu adalah bagaimana kita secara berkesinambungan menjaga kesadaran. Kesadaran adalah tataran tertentu dalam struktur penerimaan diri atas fenomena. Urutan logisnya kemudian adalah pada diri kita sendiri terletak kendali determinan.
Apapun musimnya, bisa kita tentukan “musim” kita sendiri. Seberat apapun perubahan yang terjadi, kita memiliki pola pergantian atau perubahan yang sangat otonom.
Dari berbagai konteks pancaroba yang dituliskan Tuhan melalui alam dan yang dialami manusia dalam pemahaman diri serta khasanah pengalaman, kami buka pintu diskusi ke ranah makna pancaroba dalam pengertian yang lebih menitikberatkan kepada tumbuh-suburnya kesadaran. Di hitungan terakhir bulan Oktober yang menjadi bulan peralihan kemarau ke penghujan, mari kita kenali dan gali bersama kesejatian pancaroba.
—oOo—
Oleh: Tim Tema BangbangWetan