Pandemi, Badai dan Semburat Cahaya dari Timur

Oleh: Andik Purwanto
Tidak kurang dari satu bulan telah berlalu, terselenggaranya perhelatan event teater dengan tema WALI RAJA – RAJA WALI di Monumen Tugu Pahlawan Surabaya. Kolaborasi pagelaran dari Teater Perdikan, KiaiKanjeng dan Komunitas Lima Gunung yang bertandang dari kota Jogja. Disutradarai oleh Jujuk Prabowo dan diselenggarakan oleh Majelis Masyarakat Maiyah BangBang Wetan dalam rangka tasyakuran milad yang ke-16.
Sudah banyak sekali variasi event yang pernah diselenggarakan oleh BangBang Wetan dalam berbagai agenda. Akan tetapi ini menjadi kali pertama penyelenggaraan event besar yang diselenggarakan setelah jeda masa pandemi sejak awal tahun 2020 lalu. Sebuah event multi dimensi yang memuat banyak komponen di dalamnya; kesenian, budaya, spiritual, kebersamaan, rekreasi, hingga gagasan-gagasan filosofis termuat secara tersirat dalam satu lakon teater WALI RAJA – RAJA WALI yang naskahnya ditulis oleh Emha Ainun Nadjib (Mbah Nun).
Kita telah melewati masa pandemi sejak awal tahun 2020 lalu. Masa dimana kita semua dipaksa untuk jeda dan berhenti untuk banyak hal, menyulitkan kita dalam berbagai aktivitas, pembatasan ruang gerak dan ekspresi yang menjadikan kita sulit untuk bisa menuangkan ide dan gagasan dalam ranah karya-karya kreatif. Akan tetapi meskipun masa pandemi telah menjadi tembok penghalang akan banyak hal, setidaknya di masa pandemi kita memiliki kesempatan untuk bisa berkontemplasi, menyadari, dan belajar dari hal-hal kurang baik yang telah kita jalani dimasa lalu.
Bagi saya sendiri event tersebut adalah ‘Badai’, dalam pemaknaan positif.
Setelah kemarau dan paceklik akibat pandemi virus corona yang mewabah di sebagian besar penduduk Indonesia, bahkan dunia. ‘Badai’ pagelaran itu terbentuk dari sebuah upaya, gotong – royong, semangat, dan sinergi, dari seluruh panitia, pegiat, dan volunteer BangBang Wetan yang terkoordinasi dengan baik dari hulu ke hilir.
Perjalanan panjang, kerja keras, diskusi dan perdebatan emosional adalah syarat lain dari terwujudnya ‘Badai’ pagelaran besar yang terselenggara pada 23 September lalu. Kesuksesan dari event itu pun tersuar lewat beberapa kanal media online, yang memberitakan sebuah pagelaran dengan sudut pandang mereka masing – masing. Meskipun parameter sebuah kesuksesan itu sendiri adalah relatif dan berbeda – beda. Kami sendiri merasa masih harus memiliki catatan untuk kesalahan – kesalahan di beberapa lini agar ke depannya mampu menyuguhkan sebuah karya yang lebih baik lagi.
‘Badai’ pagelaran itu telah membawa manusia – manusia baru dari antah berantah dengan berbagai bentuk motivasi dan latar belakang ke dalam lingkaran Maiyah BangBang Wetan. Yang mana manusia-manusia baru ini adalah volunteer dari ‘Badai’ pagelaran WALI RAJA – RAJA WALI yang kemungkinan besar akan singgah atau bahkan menetap di Simpul Maiyah BangBang Wetan.

Pertanyaannya adalah; sambutan seperti apa yang akan di berikan oleh keluarga besar BangBang Wetan terhadap setiap potensi dari manusia-manusia baru yang terbawa oleh ‘Badai’ pagelaran itu? Akankah ada optimalisasi terstruktur sehingga setiap potensi yang ada kemudian bisa turut menjadi bagian dari tumbuh kembang lingkaran BangBang Wetan?
Jika kemudian ada kebermanfaatan dari peran serta manusia-manusia baru ini di BangBang Wetan, mungkin setiap kontribusi positif mereka untuk BangBang Wetan hari ini dan kedepan adalah refleksi kecil dari sebuah kiasan “semburat cahaya dari timur” yang muncul setelah ‘Badai’ pagelaran WALI RAJA – RAJA WALI.
Jika di optimalkan dan diorganisir dengan baik maka cahaya itu akan menjadikan forum BangBang Wetan menjadi lebih berwarna. Semoga.
Ada satu pertanyaan yang harus selalu kita rawat, untuk diri sendiri ataupun untuk lingkaran BangBang Wetan, adalah “selanjutnya apa?” Karna jika hari ini kita berada dititik kesuksesan maka bukan sebuah alasan untuk berpuas diri dan berhenti bertumbuh, jika hari ini kita berada dititik kegagalan maka bukan sebuah alasan pula untuk kemudian berhenti dan menyerah.
Kita masih harus menunaikan tanggung jawab di bumi, memperjuangkan setiap impian, sampai waktu telah benar-benar selesai dan kita kembali berpulang.
Sidoarjo, 13 Oktober 2022