Headline : Retrospeksi Ahsani Taqwim – BangbangWetan ke 13 tahun
Konon, sebagian dari tanda kedewasaan seseorang adalah saat mana dia menghentikan upaya mengubah dunia. Tindakan sadar ini kemudian diikuti dengan perjuangan tiada henti untuk mengubah dirinya sendiri. Tentu saja perubahan yang dimaksud adalah segala macam transformasi ke arah perbaikan-perbaikan menuju format kesempurnaan.
Dalam perjanjian suci antara setiap dari kita dengan Tuhan, secara vis a vis keduanya saling ikhlas dan mengikhlaskan, kita bersyahadat bahwa hanya Allah sajalah Tuhan sebagai sesembahan–selamanya dan senantiasa.
Kelanjutan dari adegan ini adalah keputusan-Nya untuk menjadikan makhluk yang dirancang menjadi patron utama pengelola bumi sebagai sebaik-baik makhluk, satu persona ahsani taqwim dibanding ciptaan lain yang lebih dahulu ada.
Metafora dari sebaik-baik makhluk bisa kita lihat pada benih unggul sebulir padi. Ia, perangkat keras maupun lunaknya dan tujuan akhir yang tertanam di prosesor utama pemikirannya melulu tentang dan terkait dengan format prima kemuliaan.
Namun oleh Maha Asyiknya empunya naskah, pementasan tak dibiarkan linier tanpa kejutan-kejutan. Terdapat banyak ragam tikungan, lipatan, serta cerita dalam cerita. Sejajar dengan bulir padi, tanah macam apa yang menjadi media tanamnya? Apakah cukup adekuat pupuk yang menyertai pertumbuhannya dalam menjaga keseimbangan unsur hara? Seberapa banyak tikus, burung, atau wereng yang mengancamnya? Angin dengan kecepatan seperti apa yang siap merobohkan kematangan masa siap panennya?
MATA AIR
PERNIAGAAN DENGAN ALLAH
Oleh : Ahmad Fuad Effendy
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? (yaitu) kalian beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.(Ash-Shaf 10-11)
Allah menawarkan pembebasan dari api neraka, dan kita bisa membelinya dengan iman dan jihad. Tapi barangkali tidak banyak orang di zaman sekarang yang tertarik kepada tawaran Allah, karena sorga akhirat itu nun jauh di sana dan tidak kasat mata. Sedangkan sorga dunia ada di depan mata. Tapi bagi orang yang sungguh-sungguh beriman, dunia ini hanyalah setetes air, sebagaimana Rasulullah mengatakan: “Bandingan dunia dan akhirat adalah, seperti ketika kamu celupkan jarimu ke lautan, kemudian kamu angkat jarimu, dan lihatlah, apa yang menetes dari jarimu dan kembali ke laut, itulah dunia”. (HR Muslim)
Kita telah memiliki modal iman untuk membeli sorga. Iman ini sangat mahal harganya. Iman ini tidak bisa diganti dengan emas sepenuh bumi. Seperti firman Allah dalam surat Ali-Imran 91 “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari satu orang dari mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (sebanyak) itu. Bagi mereka siksa yang pedih dan mereka tidak akan memperoleh penolong”… [ Read More ]