Reportase Maiyah Bangbang Wetan “Syawalan Bersama Seniman Surabaya” PART 7
Jika Anda dikatakan pesek dan kemudian marah, itu karena anda percaya bahwa pesek itu jelek dan yang bagus itu mancung. Begitu juga ketika anda dibilang hitam, anda marah, itu karena anda percaya berkulit hitam itu lebih jelek dari orang yang berkulit putih. Jadi semua sumber marah, semua sumber sedih, itu tidak ada yang dari luar, semuanya tergantung believe-mu, ukuran yang kau bangun sendiri dan (penentu kriteria-kriteria) itu ada di tanganmu sendiri. Tidak satu hal pun di luar diri kita ini yang positif atau negatif, tidak ada yang jelek dan baik, karena positif/negatif, baik/jelek itu tergantung pemaknaan kita. Misalnya ada orang membunuh, itu baik atau buruk? Jelek, karena (kamu tahu) bahwa membunuh itu akan berakibat buruk bagi pelakunya. Baik, jika kamu bisa mengambil pelajaran dari peristiwa itu sehingga membuatmu menjaga diri supaya tidak melakukan hal itu.
Nah, jadi semua hal di luar diri kita ibaratnya cermin untuk melihat diri sendiri. Jika kamu masih bisa marah, mudah sedih, maka masih ada yang kurang pas dengan believe system/kepercayaanmu tentang mana baik-buruk, bagus-jelek, tinggi-rendah, dan segala macem itu tadi. Maka dari itu puasa ini salah satu cara untuk memaksa dirimu diam menahan marah, menahan nafsu, supaya kamu bisa berkaca dan merenung.
Supaya kita bisa kembali sadar dan tahu, bahwa sebenarnya bagus-jelek itu tidak ada urusannya dengan mancung-pesek, karena pada dasarnya semua sama, dan dari lahir kan memang sudah begitu, dan itu tidak masalah, karena begitu itulah perjanjian awalmu dengan pencipta sebelum lahir.
Kalau sudah menemukan itu semua dalam kehidupan kita, menemukan siapa sebenarnya (sejatinya) diri ini, itulah yang berarti idul fitri, kembali ke fitrah sama ketika kita lahir. Ketika anda lahir, kecil, ketika anda diejek pesek, hitam, jelek, itu semua kan tidak ada masalah dan anda tidak perduli kan? Jadi segala yang membuat kita emosi, yang membuat kita goyah, itu semua sumber dari dalam.