Reportase Maiyah Bangbang Wetan “Syawalan Bersama Seniman Surabaya” PART 7
Terakhir, kita coba mengelaborasi sedikit saja. Tadi kan ada (perbincangan) bagaimana negara berperan pada kesenian, bagaimana kesenian berperan pada negara, dan seterusnya, yang mungkin harus kita ingat adalah akselerasi dari ide-ide dasar, haluan-haluan dasar bernegara, yang kita kenal di Indonesia.
Jika di jaman Soekarno kita mengenal bahwa politik adalah panglima negara, jadi semua (bidang) dipimpin oleh politik. Kemudian dibantah dan ditidakkan begitu saja tanpa ada alternatif (penjelasan) apa-apa oleh Orde Baru, yang kemudian oleh para ilmuwan pada jaman itu dirumuskan bahwa ekonomi adalah panglima. Setelah itu reformasi yang tidak jelas siapa panglimanya, yang mimpin pokoknya nafsu bersama-sama.
Bukannya menge-nol-kan pangkat (jika menggunakan penjelasan rumus matematikanya Sabrang tadi), tetapi malah menambah banyak kotoran-kotoran hidup (pangkat), menyembunyikan diri dalam kotoran-kotoran itu, sehingga orangnya sendiri jadi ketlingsut, sehingga orang tersebut tidak pernah mengenal dirinya. Itulah yang dilakukan oleh kapitalisme, materialism, dan industry.
Saya kira, kita harus percaya bahwa politik harus berbudaya, orang berdagang harus berbudaya, orang beragama harus berbudaya. Oke jika minuman keras itu haram, tapi kalau kamu mau memberantas yang haram itu, pertama harus menggunakan ilmu, kedua harus menggunakan budaya. Anda tidak harus menjadi islam untuk tidak tega merusak/megobrak-abrik warung-warung, karena seharusnya dengan menjadi manusia saja anda pasti tidak tega, tanpa harus jadi islam dulu. Mustahil jika kamu sebagai muslim bisa melakukan hal seperti itu.
Karena sebagai manusia saja, tanpa menjadi islam seharusnya mustahil bisa melakukan itu. Jadi jika ada orang yang bisa melakukan hal itu, berarti dia belum manusia, apalagi muslim. Ulaaika kal an’aam, bal hum adzol, begitu kata Allah. Jadi mereka itu ibarat hewan, bahkan lebih hina. Ada juga yang pernah saya saksikan, orang yang bersurban tapi mengapok-kapokkan, nyokor-nyokorne orang yang mau meninggal, dan itu di depannya orang yang sedang sekarat itu. Begitu itu mereka pikir mereka yang sudah paling islam. Jika anda manusia, apa mungkin anda melakukan hal itu? Meskipun mungkin ada kebenaran tertentu yang bisa menjadi alasan orang itu melakukan hal seperti itu (nyokorne/mengapokkan).