Reportase Tirakat Pemberadaban
Seperti biasa, Bangbang Wetan edisi Maret 2016 dibuka dengan tadarus ayat suci Al-Quran secara tartil oleh jamaah yang berada di garis depan. Rangkaian shalawat dan wirid kemudian dipersembahkan secara berjamaah kepada Kekasih Allah, Rasul Akhir Zaman, Muhammad SAW. Selesai shalawatan Cak Amin naik ke atas panggung dan membuka forum.
Sebelum memulai diskusi dan pembahasan, Cak amin mengajak jamaah untuk berdiri dan bergandengan tangan supaya seluruh energi positif dari setiap jamaah dapat tersambungkan, kemudian secara bersama-sama Wirid Hasbunallah dilantunkan oleh suara-suara merdu yang dipimpin oleh Mas Hakam.

Tepat pukul 21.00 forum diskusi dibuka.Sebelum melangkah kepada pembahasan tema, Cak amin dengan didampingi Mas Rio, Mas Acang, dan Mbak Viha menunjuk 3 jamaah secara acak untuk naik ke atas panggung. Jamaah yang kebetulan naik ke atas panggung adalahjamaah yang mewakili “tiga periode” yaitu jamaah yang sudah mengikuti maiyahan sejak 1995, sejak 2009, dan satu jamaah lagi baru datang sekali ke Bangbang Wetan. Dari ketiga jamaah ini kemudian digali pengetahuan dan juga kesan-kesannya selama mengikuti maiyahan.
Mas Toha, jamaah asal Sidoarjo yang telah mengikuti acara maiyahan sejak tahun 1995 mengungkapkan tentang pengalamannya mengikuti pengajian Padhang mBulan pada masa-masa pra reformasi. Mulai dari perjuangannya ketika jalan menuju ke Menturo masih “makadam” dan juga gelap hingga menghindar dari sweeping oleh Brimob dalam radius 5 km dari Menturo.
Mas Acang menjabarkan tambahan informasi tentang situasi politik di Indonesia pada tahun 1998 yang berefek juga pada pengajian Padhang mBulan yang ketika itu diblokade oleh Brimob karena kondisi politik yang genting.Mas Toha menambahkan, Sejak dahulu banyak berita di media yang tidak sesuai dengan kenyataan di masyarakat, hal ini membuat pengetahuan masyarakat terasa dikebiri oleh media.Mas Rio menambahkan tentang latar belakang aparat keamanan yang dulu lebih keras dari pada kondisi saat ini.
Mas Andra, jamaah yang baru saja mengenal maiyahan dan mengikuti Bangbang Wetan menjabarkan tentang pertemuannya dengan Maiyah.Dari segi rohani, ketentraman hati dan kejernihan pikiran mulai didapatkan ketika mulai mengenal Maiyah dari jalur elektronik.Quote-quotes yang berasal dari akun-akun simpul dan progress memberikan manfaat rohani tersendiri bagi jamaah.Ia menyampaikan bahwa Cak Nun adalah orang yang berpandangan luas tentang Islam, hal inilah yang membuat Maiyah lebih toleran terhadap perbedaan kepercayaan. Pandangan tentang berkehidupan sosial semakin terbuka dan pengambilan sikap semakin bijak terhadap perbedaan dalam hal apapun.
Tirakat Pemberadaban
Tema mulai diwedhar oleh jamaah yang berada di atas panggung bersama dengan Mas Acang, Mbak Viha dan Mas Rio. Jamaah Maiyah memiliki kesadaran yang sudah terasuki virus, hal ini otomatis akan membuat individu-individu memiliki pola pikir yang berbeda dari masyarakat luas. Mbak Diana menyebutnya “wani ora usum”. Istilah ini adalah salah satu tirakat yang entah disadari atau tidak oleh individu-individu Maiyah. Manusia mempunyai sinyal-sinyal positif yang ketika mendapatkan resonansi berupa cahaya dari luar sebagai pemantik akan semakin membuat seseorang menjadi tercerahkan.
Tirakat Pemberadaban. Ada dua kata yang bisa dipilah dari frasa ini yaitu tirakat dan pemberadaban.Tirakat yang paling sering dilakukan adalah melakukan suatu tindakan menahan terhadap segala kondisimainstream yang ada saat ini.kondisi yang mau tak mau harus tetap kita ikuti kalau kita masuk ke dalam sistem. Sedangkan pemberadaban adalah usaha “pengadaan” kembali sifat-sifat manusia dalam kondisi yang beradab.
Kita sering kali tidak setuju dengan sistem yang ada di lingkungan masyarakat baik itu di lingkungan kerja, lingkungan pendidikan, dan lain sebagainya. Namun yang kita lakukan hanya sebatas menahan diri untuk tidak ikut-ikutan dalam sistem yang tidak sesuai dengan hati dan pikiran kita.Melakukan tirakat terhadap diri sendiri dan melakukan pemberadaban terhadap situasi dan kondisi pada saat ini.Demikian penuturan Mbak Viha.
Dalam Maiyah kita memiliki sudut pandang, pola pandang, dan jarak pandang yang berbeda dari manusia modern kebanyakan. Ketika kita mengikuti Maiyah ada kesamaan latar belakang yang bisa menjadikan kita klik dengan apa yang dibahas dan dibicarakan. Kita harusberani mengorbankan sesuatu untuk sesuatu lain, inilah yang dinamakan pemberadaban. Harus ada kesadaran untuk meluruskan situasi dan kondisi saat ini.Seperti yang sering disampaikan Cak Nun tentang beras yang merelakan dirinya hancur untuk menjadi nasi.Demikian ulasan Mas Acang tentang tema malam ini.
Sebelum Rockmen yang digawangi oleh Mas Hari “Tello” dkk menghibur lewat tiga hentakan keras lagu-lagu bergenre Rock, mbak Viha menambahkan pertanyaan reflektif tentang tema, yaitu apa yang bisa kita lakukan dalam situasi dan kondisi saat ini tentang ketidaksesuaian sistem? Dan Bagaimana seharusnya pengambilan sikap kita?

Setelah hentakan keras dari Rockmen, Mas Amin mengajak jamaah untuk “meletakkan” tema sejenak dan memfokuskan pandangan kepada layar LCD proyektor yang sudah disiapkan oleh para penggiat di samping panggung.Mas amin mulai memandu presentasi untuk menyosialisasikan strukur Isim Bangbang Wetan yang telah dibentuk pada Kongres Isim pertama Bangbang Wetan, 24 Maret 2015. Mas Rio dan Mas Hari “Tello” menjelaskan bahwa Isim adalah pengorganisasian Maiyah yang selama ini disebut penggiat.Isim adalah transformasi dari cair menjadi padat. Adanya Dzat – Sifat – Isim – Jasad dilandasi oleh pertemuan dari Cak Nun, Progress, dan penggiat-penggiat Maiyah lainnya.
Dzat adalah inti dari kosmos Maiyah yang menjadi sumber dari ilmu-ilmu dalam Maiyah.Sifat adalah para narasumber dan pendekar ilmu yang bisa digali dalam berMaiyah. Isim adalah para penggiat Maiyah yang memasrahkan dirinya untuk mau repot, sedangkan jasad adalah masing-masing individu Maiyah atau para jamaah.
Dalam Isim tidak ada kewajiban untuk benar-benar bekerja dalam kepengurusan segala acara Bangbang Wetan.Isim Bangbang Wetan sendiri adalah pribadi yang mewakafkan dirinya secara sadar untuk ikut “nguri-nguri” forum Bangbang Wetan.Jamaah sangat dipersilahkan untuk ikut berkontribusi dalam Isim Bangbang Wetan. Dalam BangbangWetan dikenal pula adanyabanyak endapan yang dapat menampung perbedaan jamaah berupa forum-forum diskusi dan shalawatan, diantaranya ada FJR (Forum Jumat Rono-rene), Sanabila (lembaga amil zakat), Majelis wirid, Majelis Rolasan, Forum Diskusi Arus Bawah, Forum merah Putih, dan Buletin Maiyah Jatim.
Mas Acang menambahkan tentang sejarah perjuangan personal yang dilakukan Cak Nun melalui buku-buku dan Komunitas Teater Dinasti. Perjuangan yang dilakukan Cak Nun melebar hingga ke pengajian Padhang mBulan di Jombang dan juga maiyahan di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Mas Acang mengutip kalimat yang diungkapkan Sayidina Ali RA, “Kebaikan yang tidak diorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kebatilan yang diorganisir dengan baik”. Berdasarkan hal tersebut Mas Acang mengajak jamaah mewakafkan dirinya untuk ikut menjaga dan melestarikan forum Bangbang Wetan.
Setelah presentasi tentang Isim, mas Amin tak lupa juga memresentasikan tentang kesimpulan hasil kuosioner yang telah dibagikan pada Bangbang Wetan edisi Maret 2016. Dari 769 kuosioner yang diisi oleh jamaah bulan lalu diketahui bahwa 90% jamaah adalah laki-laki dan 10% perempuan. Sedangkan Usia yang paling dominan dalam forum berada dalam rentang usia 20 – 25 tahun. Sedangkan, media yang paling sering diakses oleh jamaah berasal dari Facebook.

Tepat pukul 23.30 jamaah secara khusyuk melantunkan Wirid Wabal yang dipandu oleh Mas Ahid dan Gus Luthfi. Setelah melantunkan Wirid Wabal, Mas Amin mengundang Kyai Muzammil, Pak Suko, Pak Isa (Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya), dan Pak Kemas (Ketua Persatuan Pedagang Pasar Turi) untuk naik ke atas panggung. Pemberadaban berasal dari asal kata adab yang berarti pencapaian kultural positif dari manusia yang telah disepakati dalam satu kelompok tertentu.Persoalannya adalah, apakah Bangsa Indonesia ini sudah beradab ketika semua lapisan masyarakat mempunyai budaya yang gampang marah!?Demikian pertanyaan reflektif yang disampaikan Pak Suko.
Pak Isa yang malam ini hadir untuk mengikuti forum memulai bahasannya tentang pendidikan yang kemudian dihubungkan dengan tema. Mayoritas pendidikan di Indonesia mendidik anak untuk minder dan tidak sombong untuk menceritakan keunggulannya.Pendidikan tidak bisa menghargai siapa diri kita, padahal dalam Al-Quran dijelaskan “Manusia yang paling mulia adalah orang yang paling menghargai dirinya”.Pendidikan ternyata tidak tuntas, di satu sisi kita diarahkan menjadi orang baik, tetapi ketika kita menjadi orang baik, kita tidak punya tempat di negeri ini.Demikian pemaparan Pak Isa yang sudah 12 tahun tirakat menghadapi pendidikan di Indonesia.
Berhentilah sekolah, mulailah belajar.Sekolah ternyata membangun pikiran yang tidak luas karena terkotak-kotak dalam ruangan.Sekolah terkotak dalam ruangan-ruangan yang diperebutkan dan hanya yang berkuasa dan beruang yang mampu memperebutkan ruangan itu.Sekolah telah berubah menjadi dogma yang kebenarannya hanya dimiliki oleh guru.Sekolah adalah tempat bagi orang baik, yang dianggap tidak baik harus dikeluarkan dari sekolah. Sekolah mengajak siswa untuk sama dengan apa yang dipahami oleh gurunya. Demikian tambahan Pak Isa tentang pendidikan.
Pak Kemas, Ketua Persatuan Pedagang Pasar Turi bergantian menerimaestafet michrophone untuk memaparkan perjalanan dan pengalamannya sebagai pedagang Pasar Turi. Beliau mengungkapkan perjuangannya dalam mencari keadilan untuk para pedagang Pasar Turi pasca kebakaran pada Tahun 2007. Pemerintah Kota Surabaya, Komnasham, Polrestabes,KPK, hingga Istana Negara sudah pernah didatangi oleh para korban kebakaran Pasar Turi untuk meminta bantuan ganti rugi, namun keadilan belum juga didapatkan. Meskipun demikian, para pedagang Pasar Turi tidak menyerah untuk menafkahi setiap anggota keluargannya dengan berbagai cara berdagang yang lain. Selain itu pemberadaban ruhani juga dilakukan dengan mendidik anak-anaknya untuk mengaji sehingga pengalaman spiritual tetap didapatkan.Demikian tirakat yang dilakukan Pak Kemas dalam memperjuangkan keberlangsungan hidupnya.
Lepas tengah malam jamaah kembali dihibur oleh Rockmen dengan hentakan musik rock mengiringi “money politics” yang digilir oleh para penggiat.Kali ini nada lagu yang dibawakanRockmen sedikit lebih tenang dari sesi sebelumnya.
Semakin malam, bahasan tentang tema semakin seru, serius, dan mesra dengan bumbu-bumbu guyonan dari Pak Suko dan Kyai Muzzammil.Pak Suko mulai membabar dan merespon pendapatnya tentang pendidikan.Tidak, sekolah yang dimaksudkan Pak Isa bukan berarti tidak sekolah dalam arti yang sesungguhnya, namun itu adalah bentuk protes karena adanya problem di dunia pendidikan.Negara adalah lembaga yang harus memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, namun pada prakteknya banyak kebijakan-kebijakan yang belum tercapai. Demikian babar Pak Suko.
Pemberadaban dan Pembiadaban
Kyai Muzzammil menyambung pembabaran Pak Suko tentang tema berdasarkan dengan kata-kata sebaliknya atau lawan katanya. Lawan pemberadaban adalah pembiadaban. Di Indonesia berlangsung sekian lama pembiadaban, oleh karena itu perlu segera dilakukan pembiadaban.Yang lebih parah adalah sikap yang seharusnya diberadabkan menjadi dibiadabkan dalam berbagai aspek.

Pendidikan dalam Pancasila tercetus pada Pancasila sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.Yang terjadi, oknum-oknum dari lembaga pendidikan bukan membuat rakyat menjadi beradab, tetapi malah biadab.Pembiadaban sudah berlangsung sedemikian parahnya.Kyai Muzzammil mengambil contoh hutang dari Negara Indonesia yang semakin bertambah.Berhutang tetapi malah bangga.Pada zaman dahulu, orang berhutang adalah orang yang benar-benar tidak mampu tetapi sangat membutuhkan dengan disertai keharusan untuk membayar.Demikian pula anggaran yang dirancang dengan cara-cara tertentu supaya pembuat anggaran mendapatkan keuntungan dari anggaran itu sendiri.
Selanjutnya, Kyai Muzzammil mengajak kita tirakat dengan tiga tahapan, yang pertama adalah bermujahaddah.Mujahaddah adalah upaya berperang dengan diri sendiri.Menahan segala sesuatu tidak penting yang berasal dari hawa nafsu diri sendiri.Jangan sampai terlibat dengan pembiadaban dalam segala aspek.Kyai Muzzammil menganalogikan pembiadaban dengan penggembala kambing yang malah memakan rumput jatah dari kawanan kambing. Jangan sampai kita menjadi penggembala tersebut.Kita harus tirakat dengan cara berpuasa.
Yang kedua adalah Ijtihad.Ijtihad adalah menemukan formulasi pikiran untuk menghentikan segala bentuk pembiadaban.Yang ketiga adalah jihad. Berperan langsung dalam proses penghentian pembiadaban dengan cara yang sudah dipikirkan secara matang.
Kyai Muzzammil mengambil kisah Ashabul Kahfi dari riwayat Ali bin Abi Talib sebagai contoh. Ada 3 orang Yahudi yang datang kepada Sayidina Umar bin Khattab untuk menanyakan beberapa hal. Apa gemboknya pintu langit? Apa kunci pembuka pintu langit? Ada mayat yang berjalan bersama kuburannya, mayat siapakah ini? Ada lima makhluk berjalan di muka bumi yang tidak lahir dari seorang ibu, siapakah mereka? Ada Makhluk yang memberi nasihat kepada kaumnya tetapi bukan manusia dan bukan jin, siapakah mereka? Ketika burung puyuh bersiul, apa yang mereka katakan? Ketika ayam jantan berkokok, apa yang diucapkan? Ketika kuda meringkih, apa yang dikatakan? Ketika keledai bersuara, apayang mereka katakan? Ketika kodok mengorek, apa yang diungkapkan? Dan ketika burung pipit berkicau, apa yang tersampaikan darinya?
Umar bin Khatab yang ditanya oleh ketiga orang Yahudi tersebut merasa kebingungan, tetapi tidak menghindar dari pertanyaan. Umar bin Khatab dengan tegas menjawab, “Saya tidak tahu”. Kemudian datanglah Ali bin Abi Thalib untuk menjawab pertanyaan mereka. Jika Rasulullah adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintunya, demikian ungkapan yang muncul di bangsa Arab ketika itu. Berturut-turut Ali menjawab. Gemboknya langit adalah syirik, karena dengan syirik tertutup pintu langit.Kuncinya adalah kalimat Syahadat; Laa Ilaha Ilallah, Muhammadar Rasulullah.Yang berjalan bersama kuburannya adalah Nabi Yunus AS. karena beliau pernah dimakan makhluk besar di dasar laut dan berhari-hari dibawa melintasi samudra. Lima makhluk yang terlahir tanpa seorang ibu adalah Adam, Hawa, unta Nabi Saleh, domba Nabi Ismail yang menggantikan dirinya ketika akan disembelih oleh Nabi Ibrahim, dan yang terakhir adalah ular Nabi Musa.
Semakinmalam kemesraan semakin terpancar diantara para pembicara dan jamaah. Kyai Muzzammil menjabarkan kembali kisah ashabul kahfi berdasarkan jawaban dari sayidina Ali bin Abi Thalib. Makhluk yang bisa menyelamatkan bangsanya adalah semut yang menghindar ketika pasukan Nabi Sulaiman akan melewati jalan yang dikuasai kawanan semut. Kalau ada manusia tidak bisa menyelamatkan diri sendiri dan bangsanya, maka ia lebih rendah dari pada semut.
Ketika burung puyuh bersiul dan berada di sarangnya, yang disuarakan adalah, “Allah bersemayam di singgasananya”.Yang dikatakan ketika ayam jantan berkokok adalah “Udzkurullah” yang berarti ingatlah kepada Allah. Yang diucapkan ketika kuda meringkik adalah doa yang berarti, “Ya Allah bantulah hamba-hambamu yang beriman untuk mengalahkan hamba-hambamu yang kafir”.Keledai meringkih karena melihat adanya setan maka harus mengucapkan “audzubullahhiminas syaitonirrojim”.Yang diucapkan katak adalah, “Maha suci Tuhanku yang disembah sampai ke dasar lautan terdalam”.Ketika burung pipit berkicau yang dikatakan adalah “Ya Allah, laknatlah semua orang yang benci kepada Muhammad dan keluargannya termasuk juga umatnya”.Inilah jawaban sayidina ‘Ali.
Dari jawaban tersebut, 2 diantara ketiga orang yahudi yang bertanya tersebut masuk Islam.Ada satu yang masih bersikukuh dan menanyakan kembali kepada Ali “Ada tujuh orang yang tidur selama 309 tahun, siapakah mereka?”Dengan lantang Ali menjawab mereka adalah ashabul kahfi yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.Ashabul kahfi adalah penasihat raja yang dzalim kemudian mendapatkan pencerahan dan akhirnya mereka meninggalkan raja tersebut yang diibaratkan dengan tidur selama 309 tahun.Inilah yang seharusnya kita lakukan, bertirakat seperti yang dilakukan oleh Ashabul Kahfi ketika meninggalkan raja yang biadab.Salah satu caranya adalah dengan melantunkan Wirid Wabal.Demikian penuturan Kyai Muzzammil.
Kyai adalah gelar kebudayaan yang diberikan berdasarkan kesepakatan diantara masyarakat. Ulama’ adalah gelar yang diberikan langsung oleh Allah.Parameter ulama’ bukan ilmu, tetapi ketaqwaannya terhadap Allah.Demikian penjabaran tambahan dari Kyai Muzzammil tentang perbedaan ulama’ dan kyai di tengah-tengah pembahasan tentang tema.
Indonesia dan konsep dalam Al-Hasyr 24
Semakin pagi, semakin mengalir kilatan-kilatan ilmu yang saling bersinggungan.Tepat pukul 02.00 Cak Nun naik ke atas panggung dan menyapa jamaah dengan mengangkat hatinya.Para pemuda yang harir di Bangbang Wetan adalah calon-calon pemimpin Indonesia yang akan membuat Negara ini lebih baik dari kondisi saat ini. Para pemuda akan menjalankan tiga sifat Allah berdasarkan surat Al-Hasyr ayat 24 yaitu Khaliq,Bari’, danMusawwir.
Seperti halnya di maiyahan-maiyahan lain, Cak Nun selalu menyisipkan guyonan-guyonan dalam setiap penjabaran ilmunya. Hal ini membuat jamaah semakin terpicu untuk meningkatkan hormonendorphin dengan cara tertawa mesra mengikuti alur guyonan serta pengajian. Inilah asyiknya bermaiyah.Di sela-sela guyonannya selalu ada ilmu yang dapat diambil oleh jamaah.Manusia modern tujuannya hanya materialisme, termasuk pencarian surga sebagai materi.Demikian ungkap Cak Nun.
Kembali kepada pembahasan surat Al-Hasyr ayat 24, Khaliq berarti Yang Maha Pencipta. Kyai Muzzammil membantu menafsirkan setiap kata dalam ayat-ayat Al-Qur’an.Bari’ artinya Yang Maha Menata, sedangkan Musawwir artinya adalah Yang Maha Memperindah.Tugas kebudayaanlah untuk memperindah sesuatu sudah diciptakan dan ditata.Indonesia mempunyai potensi untuk memimpin dunia berdasarkan konsep Khaliq, Bari’, Musawwir karena hanya kebudayaan Indonesia yang tidak terlawan oleh bangsa manapun.Hal ini terlihat dari keanekaragaman bahasa dalam penyebutan suatu kata.
Indonesia berada dalam gagasan pikiranmu, di dalam hati dan jiwamu, di dalam idealisme dan ideologimu, Indonesia seharusnya tidak seperti ini. Berangkat dari pemaparan ini, Cak Nun mengajak jamaah untuk membangun Indonesia berdasarkan ketiga sifat Allah, Khaliq, Bari’, dan Musawwir.

“Saya tidak pernah menderita selama hidup meskipun hidupku penuh penderitaan.Memang penderitaan mendera hidupku berpuluh-puluh tahun tapi tak kan pernah membuat aku menderita oleh penderitaan”, ungkap Cak Nun dengan sangat tegas.Kita harus percaya bahwa Allah akan membalas semua hal yang dzalim, Allah akan membangkitkan kita yang percaya kepadaNya. Yang menjadi prestasi adalah keyakinan dan perjuangan secara terus-menerus.
“Prestasi manusia adalah perjuangannya, bukan pencapaiannya.Maiyah tidak mencari pencapaian, Maiyah tidak berhenti berjuang, Maiyah tidak berhenti memikirkan dan memprihatinkan bangsa. Sukses dan tidak sukses pencapaian bukan urusan Maiyah, yang merupakan sukses kita adalah perjuangan secara terus-menerus” – Cak Nun
Semakin pagi, jamaah semakin terbius dengan ilmu yang disertai dengan guyonan-guyonan khas Maiyah. Kembali kepada 3 sifat Allah dalam Al-Hasyr, ayat-ayat ini dihubungkan dengan bagaimana sikap pemimpin seharusnya.Ayat sebelum Khaliq menjelaskan sifat Allah yaitu Mutakabbir berarti yang memiliki segala keagungan. Kita harus menjadi orang yang Mutakabbir, orang yang “nggedeni”, bukan nggedeni orang lain, namun nggedenidan bisa mengatasi segala masalah dunia yang harus kita tangani. Sebelum Mutakabbir ada sifatJabbar berarti Yang Maha Kuasa, sifat pemimpin sebelumnya.Pemimpin sejati yang sudah gagah berada dalam jiwa rakyatnya.
Sebelum mencapai Jabbar, pemimpin harus mempunyai sifat Al-Aziz yang berarti Maha perkasa.Pemimpin yang memiliki sifat Al-Aziz adalah pemimpin yang pilar-pilar ketertataan negaranya sudah jadi.Sebelumnya ada sifat Muhaimin berarti Maha memelihara.Pemimpin yang bisa memelihara stabilitas negara, yang mempunyai antisipasi dalam setiap ketidakstabilan.
Cak Nun kemudian mengurutkan dari atas bagaimana syarat menjadi pemimpin.Syarat pertama pemimpin adalah “Alimul ghaibi wal syahadah”yaitu memahami segala yang ghaib dan yang nyata.Kalau dijabarkan berarti mengetahui segala kondisi yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui. Kalau sudah memiliki hal ini maka kita akan memiliki rasa cinta dan sayang,Rahman dan Rahim. Baru kita bisa menjadi seorang pemimpin untuk diri sendiri maupun orang lain, diterangkan dalam sifat Malik berarti raja.
Setelah menjadi pemimpin kita diharuskan untuk Quddus, yang berarti suci.Kesucian tidak dapat dipengaruhi oleh tendensi, pendapat, opini maupun kepentingan apapun.Menjalankan sesuatu seperti sebagaimana seharusnya. Kalau pemimpin sudah suci, maka dia akan menciptakan penyebaran keselamatan dalam sifat Salam yang berarti menyebarkan keselamatan. Setelah mampu menyebarkan keselamatan, maka akan muncul sifat Mukmin berarti percaya. Kalau sudah ada kepercayaan dalam setiap bagian-bagian pemerintahan dan rakyatnya maka akan muncul sifat Muhaimin seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Demikianlah tahapan-tahapan dan sifat yang diperlukan sebagai seorang pemimpin.Yang diambil dari Surat Al-Hasyr.Cak Nun kemudian membuka sesi pertanyaan.Salah satu jamaah menanyakan tentang perang dalam segala bidang yang telah dilancarkan oleh negara-negara lain terhadap Indonesia, salah satu bentuknya adalah perang industri masuknya narkoba ke dalam Negara Indonesia.Sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan jamaah, Cak Nun terlebih dahulu menegaskan bahwa kita tidak anti terhadap bangsa manapun, karena semuanya adalah Makhluk Allah.Kita hanya anti ketidaksucian, bukan anti bendanya.
Bangsa Indonesia dan umat Islam sedang mengalami proses pentakaburan atas diri mereka dalam segala bidang mulai dari makanan, pemikiran, pendidikan, dan media massa. Maiyah adalah media penghimpunan tenaga positif, maka silahkan melakukan peracunan-peracunan apapun ke dalam Maiyah namun tak akan benar-benar masuk ke dalam Maiyah. Allah Maha Adil, kalau kita beristiqamah tirakat Allah akan menerima tirakat kita dan akan melindungi kita semua.
“Anda gampang dikuasai dajjal kalau pedoman anda adalah materialisme dan kemakmuran.Cita-cita manusia adalah adil, bukan makmur.Setelah adil pasti makmur” – Cak Nun
Penanya kedua menanyakan tentang materialisme. Bagaimana jika dulu Majapahit berhasil menguasai dunia dan menyebarkan ajaran spiritual, sehingga Eropa tidak berhasil menyebarkan paham materialisme, apakah peta dunia akan tetap atau berubah?
Pedoman kita hanya satu, yaitu kita terus memperjuangkan keBrahmaan kita.Materialisme adalah ideologi kaum Sudrasedangkan Brahma adalah manusia yang mengerjakan apapun untuk tujuan spiritual atau Ilahiah. Hidup itu probabilitasnya tidak terbatas, tetapi yang penting kita melakukan apa yang seharusnya. Hasil atau hilirnya adalah Tuhan yang menentukan.Kita hidup untuk melihat hasilnya di dunia, tetapi ridha Allah di Akhirat.Demikian respon Cak Nun.

Pukul 3.20, sebelum Bangbang Wetan edisi Maret diakhiri, Cak Nun terlebih dahulu mengajak para jamaah untuk menarik dan menghembuskan nafas secara perlahan disusul dengan Kyai Muzzammil yang mulai memanjatkan doa.
[Red. Isim BBW & Dok Photo: Isim BBW