Kolom Jamaah

Rocka Rolla di Hitungan Masa

Oleh : Rio NS

Bahwa Cak Nun bisa ada di mana saja sebagai apa saja kiranya tidak perlu diperdebatkan. Namun terdapat empat pengalaman yang menyadarkan saya bahwa Beliau juga bersinggungan dengan satu genre musik yang sangat “sesuatu” bagi saya; rock dengan berpuluh percabangannya.

Tiga dari empat itu kita bicarakan bila ada waktu. Satu yang memberi aksentuasi adalah bagian kedua dari obituari atas keberangkatan Om Yon Koeswoyo. Di sana, Cak Nun menyebut nama pada bagian paling depan yang pasti ada alasan mengapa dengan sederet alasan logis lainnya.

Nama itu adalah Michael Phillip Jagger, seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan usia hingga 74 tahun dan melanjutkan pilihannya untuk berkhidmat pada sesuatu yang bukan apa-apa bagi banyak orang. Sesuatu yang tidak berhubungan menjadi penyebab atau akibat dari invasi satu negara, embargo komoditas tertentu atau politik pencitraan sebagai syarat kontinuitas satu nafkah dan kedudukan. Sesuatu yang mungkin tiada makna, kecil dan jelata. Sesuatu yang “only rock ‘n roll” namun “I like it“.

Kian sedikit orang yang berani menentukan pilihannya, meniatkan dengan seksama, melakoni dan bertahan di sana. Sebagian karena memang tidak punya pengetahuan atas apa yang sebaiknya dipilih atau tidak mengerti bahwa kita lahir dengan membawa pilihan-pilihan. Sebagian yang lain dihempaskan pada keadaan di mana tidak ada lagi ruang untuk memilih, sebagian sisanya drop out dari  perjalanan hidup di mana pilihan tak lagi memiliki aktualitas. Dikalahkan secara telak oleh matematika kebutuhan dan tekanan gaya hidup pembiakan jaman.

Ketika hampir semua orang memilih pelesir di ujung sisa waktu, mereka (yang saya angkat topi terhadapnya) masih menyanyikan, berjingkrak, berteriak, memainkan, manarikan karya-karya dengan intensitas yang sama saat energi masih bertajuk darah muda. Saat yang lain menikmati simpanan finansial untuk sekedar reunian atau mengunjungi wisata alam maupun artifisial, para peraih life time achiever ini mendarmakan tabungan staminanya untuk menggembirakan ribuan orang. Sejak lama mereka tak lagi butuh tambahan uang dan investasi. Mereka meneruskan upaya waiting on a friend. Bukan untuk diajak membuat perusahaan baru namun sekedar bisa I can talk to.

Berita kepergian Om Yon Koeswoyo akan segera sirna bersama dengan ribuan kabar penting-tak penting lainnya.   Namun tidak demikan terkait pilihan, dedikasi, kesungguhan, dan daya tahan lulus uji waktu yang telah terbuktikan.

Mengenakan jenis baju yang sama dengan agemanipun Cak Nun semalam, Mick Jagger pernah melantunkan:

who could hang a name on you

when you change with every new day

still I’m gonna miss you

 

Tangan Sir Jagger terbuka seolah tiada duka. Yeah! Karena duka adalah bentuk lain kegembiraan, bergembiralah tanpa harus terlena.

 

Red – Penulis adalah, penggiat BangbangWetan yang menemukan keseimbangan diri pada musik rock dan sastra. Bisa disapa melalui akun Facebook: N Prio Sanyoto.