Sajak-sajak Julak Imam – 3

Oleh: Imam Bukhari
Penghuni Rumah Besar Merah Pekat
Rumah besar merah pekat, kusam mengelupas
Bertabrakan langkah kaki penghuni, berjejal menumpas
Angin utara mendesau kencang, koorkan mars ideologi
Rumah besar merah pekat, kusamnya miring ke kiri
Tubuh tubuh berserak bertumpuk, sampai ke atap ruangan
Nyawa nyawa menunggu tersengal, ruh ruh blingsatan
Memang masih bernafas, namun kartu kartu bergantung di jempol kaki
Menyeringai, malaikat pembawa alat suntik dan tabung serum: fuck-sini
“Diam, kalian berdo’a saja,” pamer taring malaikat berbahasa utara
“Diam, ini demi kebaikan kalian juga,” dengus taring mengulang nada utara
Segera, ibadah penyuntikan berlangsung secara kemanusiaan
Segera, pengiriman ke surga, demi kekhalifahan tunggal di bumi Tuhan
Pajangan: Jum’at, 22 Januari 2021
Aku, dan Pijar Kematian
Sore ini, aku dan hujan guntur, menggigil bersama
Jutaan tirai pecah di tanah, menyerupa linangan air mata
Dingin suhu basah, mengejek angkuhnya gedung gedung
Di dalamnya terdapat piaraan piaraan pemakan api, di atas derita menggulung
Rakus, para piaraan memakan nyala api
Begitu tandas, nyalakan lagi, makan lagi, dan lagi
Tak bersisa, bahkan sekedar percik dendam
Hanya pijar kematian, setia merayu bersama dalam kehidupan
Pandak: Selasa, 19 Januari 2021
Tak Berhenti
Matahari menggantang di atas kepala
Dada sembunyikan tak terhingga sorga sorga
Dan apa yang kau tawarkan
Tak sejengkal pun ia berhenti berjalan
Godean: Senin, 02 Agustus 2021
Terlahir di Surabaya dengan nama Imam Bukhari, Julak Imam adalah penggiat sastra yang melintasi jarak Surabaya, Kalimantan Selatan hingga Yogyakarta. Sambil menunggu selesainya buku kumpulan karya esai dan cerpen, antologi puisinya sudah diterbitkan. Pernah menjadi jurnalis di beberapa media cetak, saat ini Imam berfokus pada warung kopi yang ikut terimbas global pandemi