Sajak-sajak Julak Imam

Oleh: Imam Bukhari
Maiyah Si Mbah
Mbah, kami ini batu batu
Bergunung gunung batu
Keras, gampang dipecah
Diam, mudah menyerah
Lalu Alloh tak tega melihat kami
Dikirimkan manusia berwatak ala nabi
Dan itu engkau, Mbah
Yang menarik narik selimut kami, agar segera keluar dari gua
Begitu tiba di luar, semua terasa asing di mata
Sangat absurd, mana yang sejati, mana yang fana
Seperti fananya penyembah berhala sampai membungkuk bungkuk
Seperti sejatinya camar camar yang kapok meminum asinnya air laut dengan kemaruk
Kebodohan kesengsaraan, kami ajak bercanda tertawa tawa
Supaya kesedihan tak lagi terasa bagai kungkungan jeruji penjara
Bersama sama, itu semua kita ajak sinau bareng mengeja cinta
Seperti berabad abad lamanya kebiasaan ajaranmu dalam bermaiyah, Mbah
Warkop Mukaram; Sabtu, 20 Juli 2019
—oOo—
Sajak Buat Mbah Nun
Sejak Mengenalmu
Cinta, aku sukar menyentuhnya
Apalagi memahatnya, Mbah
Sejak mengenalmu, Mbah
Air mengajakku menyelami cakrawala
Angin mengajakku menembus labirin labirin bongkahan
Kebencian aku sayang sayang sampai ke haribaan
Air mata ini sedemikian membatu
Hati apalagi, sudah lama jadi bukit bukit batu
Tapi kehadiranmu, Mbah
Seperti Muhammad merobohkan Latta dan Uzza
Menghancurkan batu batu kebodohan dalam diriku
Meremukkan batu batu kesombongan dalam jiwaku
Hingga bukit bukit hatiku mudah basah
: mencairnya batu batu di mata
Berjo Godean; Selasa, 20 Juli 2021
—oOo—
Terlahir di Surabaya dengan nama Imam Bukhari, Julak Imam adalah penggiat sastra yang melintasi jarak Surabaya, Kalimantan Selatan hingga Yogyakarta. Sambil menunggu selesainya buku kumpulan karya esai dan cerpen, antologi puisinya sudah diterbitkan. Pernah menjadi jurnalis di beberapa media cetak, saat ini Imam berfokus pada warung kopi yang ikut terimbas global pandemi.