Kolom Jamaah

Yang Kukira, Jawaban untuk Sepucuk Keikhlasan

Oleh: Andik Purwanto

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang sebuah lingkaran, gotong royong, kerja kolektif, dalam satu komunitas sosial dan keagamaan (BangBang Wetan). Spesifiknya pada kepanitiaan penyelenggaraan pagelaran Teater WaliRaja – RajaWali dan milad ke-16th BangBang Wetan. Dari sudut pandang keikhlasan dengan pandangan subjektif saya sendiri.

Saya berpendapat bahwa yang mendasari kawan-kawan pegiat dan volunteer dalam semua aspek pekerjaan di kepanitiaan adalah keikhlasan. Karena salah satu tugas menjadi manusia di dunia adalah menanam dan terus menanam sebuah kebaikan. Perihal hasil, panen, atau hal apapun yang nanti akan kita tuai, sudah menjadi tanggungan dan hak prerogatif Tuhan YME.

Kemudian dalam tugas dan peran panitia saat pagelaran, saya merasa menemukan begitu lebar lagi lingkup keikhlasan di luar dari lingkar kepanitiaan. Beberapa keikhlasan itu misalnya saya temukan dari para penonton, menyisihkan uangnya untuk berdonasi yang secara langsung menjadi kontribusi finansial yang juga menjadi tidak kalah penting dengan kontribusi panitia dan volunteer.

Atau keikhlasan dari sponsor, petugas keamanan, kebersihan, dan banyak lagi yang tidak mampu untuk saya uraikan satu persatu setiap peranannya dalam kontribusi dan support system sebuah pagelaran yang kita selenggarakan bersama.

Dalam tugas lapangan di pagelaran Teater saya berkesempatan dan berinisiatif untuk masuk ke ranah team dokumentasi visual. Yang membawa saya begitu dekat dengan panggung pementasan teater. Sesekali saya memotret moment pertunjukan dan moment -moment ekspresi dari para penonton di sekitar panggung. Sisanya saya begitu khidmat menikmati jalannya pertunjukan teater.

Larut di tengah-tengah adegan dan cerita dalam pertunjukan teater membuat saya menemukan sebuah keikhlasan lagi. Yaitu keikhlasan dari penulis, sutradara, para pemain, dan seluruh crew teater yang datang jauh dari kota Jogjakarta. Dan tak hanya persiapan menjelang hari pementasan. Akan tetapi mereka mempersiapkan semuanya, setiap kebutuhan artistik dan non artistik jauh sebelum hari pementasan di laksanakan.

Begitu banyak gelembung-gelembung keikhlasan dengan warna yang begitu beragam pada malam pagelaran teater WaliRaja – RajaWali, yang saya rasakan. Sekaligus saya merasakan adanya jawaban-jawaban dari setiap gelembung keikhlasan itu.


Adalah tawa, haru, bangga, bahagia, dan lantunan doa – doa yang di rapal dengan penuh khidmat oleh (Mbah Nun) seakan membayar tuntas dari setiap yang kita kerjakan di saat atau sebelum terselenggaranya pagelaran teater dan perayaan milad BangBang Wetan ke-16th.

Sekali lagi yang saya urai dalam tulisan ini adalah pandangan subjektif saya pribadi, atau setidak – tidaknya rasa dan pengalaman emosional yang memang saya dapatkan pada malam itu. Dan benar-salah atau menjadikan semua itu menjadi sebuah pandangan objektif, rasanya sungguh tidak mampu saya untuk menyelami setiap hati dan mengukur setiap rasa dari semua yang hadir pada malam itu.

Dan jawaban dari sepucuk keikhlasan itu, saya kira adalah keluasan, kedamaian, dan ketenangan hati.

Sidoarjo, 25 September 2022

Leave a Reply

Your email address will not be published.