Rahim

Benarkah Perempuan Penghuni Neraka?

Oleh: Imroah

Membicarakan tentang perempuan memang sangat menarik dan menjadi topik yang tidak lekang dengan pembahasan. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal yang bersifat prinsipil. Begitupun tentang sebuah keterangan Nabi Muhammad Saw. tentang perempuan. Perempuan disebutkan sebagai tiang agama, perempuan disebutkan tiga kali lebih banyak daripada laki-laki. Namun, disebutkan juga bahwa penghuni neraka paling banyak adalah perempuan. Bisa dibayangkan betapa ngeri pernyataan Nabi Muhammad tersebut apalagi bagi mereka penganut feminis. Bahkan ketika kita  merujuk pada kutubusittah ada tujuh belas kali narasi tersebut dituliskan dan kualitas hadis ini termasuk dalam kategori sahih. Redaksi hadis tersebut kurang lebih seperti berikut:


ورَأَيْتُ أكْثَرَ أهْلِهَا النِّسَاءَ قالوا: لِمَ يا رَسولَ اللَّهِ؟ قالَ: بكُفْرِهِنَّ قيلَ: يَكْفُرْنَ باللَّهِ؟ قالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، ويَكْفُرْنَ الإحْسَانَ، لو أحْسَنْتَ إلى إحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شيئًا، قالَتْ: ما رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Tidak pernah aku melihat pemandangan seperti itu sebelumnya. Aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita.” Sahabat bertanya, ”Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Karena kekufuran mereka.”

Lalu muncul pertanyaan, benarkah perempuan penghuni neraka?

Pada sebuah penelitian studi hadis oleh Syafira Sulistiani tentang Wanita dan Neraka, ada tiga pendekatan yang dilakukan untuk  mengkaji  hadis di atas yakni secara tekstual, antar-tekstual,  dan kontekstual, sehingga memperoleh kesimpulan bahwa kategori perempuan yang akan masuk neraka adalah perempuan yang  kufur terhadap suami, mengumpat,  tidak menjaga aurat, dan menyakiti binatang. Sedangkan pendekatan kontekstual memperoleh kesimpulan bahwa bukanlah merendahkan perempuan, namun sifat yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan mana pun yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka masuk neraka.

Saya benar-benar tertarik terhadap kajian tersebut terlebih pembahasan melalui pendekatan kontekstual dalam kajian tasawuf. Merujuk pada penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam a.s. dalam banyak literatur menyebutkan bahwa Adam memiliki arti bumi. Penyifatan bumi sendiri adalah menumbuhkan. Penelitian Kisah Adam dalam Tafsir Sufi oleh Abdullah Mahmud dengan pendekatan tafsir sufi menyebutkan bahwa Adam diciptakan dalam dua unsur. Pertama unsur tanah yang mewakili unsur terendah dari yang rendah. Kedua Ruh, yang berasal dari Tuhan yang mewakili unsur tertinggi dari yang tertinggi. Sehingga penciptaan tersebut memungkinkan dapat melakukan komunikasi dengan dua alam.

Sedangkan manusia  kedua adalah Hawa, dalam buku  Prof.  Syaikh Nursamad  Kamba yang  berjudul Mencintai Allah Secara Merdeka, mengartikan bahwa hawa berasal dari bahasa Arab yang berarti dorongan untuk memperoleh kelezatan yang diimajinasikan. Dalam buku tersebut juga menegaskan bahwa hawa dalam arti kontekstual dapat berarti an-nafs. Seperti dalam gambaran Al-Qur’an tentang nafs terbagi dalam empat macam yakni; al-muthma’innah, nafs al-lawwamah, nafs al-mulhamah, dan nafs al-ammarah.

Perwujudan dua penyifatan tersebut yang akan menjadi titik di mana saya ingin menganalisis korelasi dengan hadis yang menyebutkan bahwa perempuan sebagai penghuni terbesar di neraka. Pertama, penyifatan awal terhadap penciptaan Hawa yang berarti manisfestasi sifat “ke-perempuan” pada saat ini. Ketertarikan ini muncul ketika otak saya hanya mampu mengejawantahkan kecenderungan sifat nafs dengan simbol Hawa. Sehingga, tidak salah ketika dalam hadis tersebut menyatakan bahwa penghuni sebagian besar neraka didominasi oleh perempuan.

Kedua, penyifatan bumi yang diartikan sebagai penumbuh. Masih dalam pandangan sufistik dalam buku Mencintai Allah Secara Merdeka oleh Syaikh Nursamad Kamba bahwa akal merupakan titipan ruh yang ditiupkan Tuhan ke dalam diri manusia. Sehingga akal sebagai penumbuh potensi keilahian menuju Tuhan. Namun proses dan aktivitas jiwa seringkali tertutupi dan bertolak belakang dengan orientasi keilahian, sehingga justru melangkah ke arah sebaliknya. Inkonsistensi nafs yang menimbulkan efek domino yang efeknya tidak hanya menghalangi kebenaran rasional menembus hati, tetapi juga mampu menyusun alasan logis untuk menerimanya. Hal tersebut juga masih termanifestasi oleh simbol Hawa.

Ketiga, penciptaan Adam yang mampu mengakses dua alam yakni alam terendah dan alam tertinggi. Al- Junaid membedakan komponen batin secara fungsi yakni an-nafs, al-aql, dan al-qalb. An-nafs aktifitas kejiwaan, al-aql proses kognitif, dan al-qalb menyaksikan sesuatu yang tak kasat mata. Untuk mencapai alam terendah atau tertinggi, tiga komponen tersebut harus utuh atau ditauhidkan. Jika tidak seimbang bisa jadi akan terjerumus pada alam terendah. Maka sebaik-baik urusan adalah yang tidak berlebihan. Firman Allah Q.S. Al-Maidah:78 yang berbunyi:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas”.

Dari tiga analisis di atas dapat disimpulkan perempuan penghuni neraka adalah penyifatan. Jika dilihat dari dhohir laki-laki dan perempuan dibedakan menurut jenis kelaminnya. Namun, dalam analisis di atas bahwa perempuan merupakan perwujudan sifat yang disimbolkan dengan hawa. Kemudian dalam pencarian, manusia dapat menuju potensi rendah jika mengakses nafs dengan berlebihan dan tinggi jika dapat memproses secara seimbang. Sehingga dapat dikatakan baik laki-laki dan perempuan dalam arti dhohir memiliki potensi yang sama untuk masuk neraka apabila menyifati hawa dalam dirinya dan tidak dapat memprosesnya dengan seimbang. Wallahua’lam bish shawab.

Lahir di kediri, bekerja sebagai buruh pendidikan di taman kanak-kanak.

Leave a Reply

Your email address will not be published.