Sonya Ramadlan

PARS PRO TOTO KEHIDUPAN

Adakah di antara para pembaca yang pernah diperjalankan masuk ke dalam dunia yang sama sekali tak pernah anda bayangkan sebelumnya. Dunia yang benar-benar di luar zona nyaman anda. Dunia yang memenuhi benak akan pertanyaan tentang seberapa mampu kita akan menghadapinya.

 

Bukan dunia mistis atau dunia khayal nan imajinatif yang saya maksud. Namun sebuah dunia realita, dunia yang sudah, sedang, dan akan kita jalani. Dimana nantinya di dunia tersebut kita akan dihadapkan pada suatu hal, pekerjaan, tugas, atau apapun istilahnya yang menurut kita itu bukan bidang kita.

 

Misal, anda yang bersekolah dan biasa berurusan dengan ketatabogaan tiba-tiba dihadapkan pada hal dimana anda harus memperbaiki instalasi listrik. Atau anda yang bertahun-tahun melaut, tiba-tiba diharuskan naik gunung tuk bertani. Dan tentu banyak lagi contoh-contoh kasus lainnya. Walau tak sepersis hal di atas, saya yakin di antara kalian ada yang pernah atau bahkan sedang mengalaminya.

 

Mari berasosiasi dengan momen yang sedang kita jalani sekarang. Bulan Ramadhan. Walau saya termasuk orang yang jarang makan, setidaknya ini juga bukanlah zona nyamanku. Kita yang umumnya terbiasa makan, minum, dan hal-hal yang berhubungan dengan pemuasan nafsu duniawi, harus berusaha tuk mengekang setan dalam diri kita selama sebulan penuh.

 

Kalau ada yang tak suka atau menjalani dengan setengah hati, bagiku itu hal yang wajar. Namun perlu diingat, hidup sering kali membutuhkan kompromi-kompromi dalam menjalaninya. tak selamanya kita bisa hidup dengan idealisme pribadi. Apa yang kita inginkan, terkadang tak sejalan dengan irradatullah. “Sak karep-karepe sing nggawe urip”, terang Mbah Nun di banyak kesempatan Maiyahan.

 

Mbah Nun pernah mengatakan. hidup itu ibarat masuk kedalam hutan yang amat lebat. kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. kita juga jangan berharap terhadap hal tertentu. kalau kau menemukan kunci, ambillah walau belum tahu untuk apa. karena kelak disana Allah akan mempertemukan dengan jodohnya. bisa gembok, lemari, laci, atau lainnya.

 

Bukan sok bijak, menggurui, atau sok ng-ustad, bagi yang belum tahu apa manfaat, fungsi, apalagi hakikat dari puasa lakukan sajalah rukun Islam yang keempat ini. Bagai menemukan kunci yang kita belum tahu apa kegunaannya.

 

Sering kali hal yang awalnya tidak kita suka justru berakhir lebih indah dari apa yang kita kira. Semoga Allah segera memertemukan kunci yang telah kita bawa dengan pasangannya. Kalaupun tidak, ya tidak apa-apa. “Urip yo ancen ngono iku”, terang Mbah Nun dikesempatan yang lain.

 

Lagipula apa susahnya puasa. Masih banyak yang jauh lebih sulit, poso misalnya. Puasa dan poso memang apa bedanya!? Kapan-kapan saja saya ceritakan kalau kita bertemu di warung kopi.

 

Layaknya sebuah sinekdoke pars pro toto, hidup ini bagaikan kepingan puzzle yang kita jalani satu persatu hingga kelak kita mengetahui gambar utuhnya. Selamat menunaikan puasa kawan. Semoga kita lulus puasa hingga mampu tuk poso di banyak hal dalam perjalanan utuh hidup kita.

 

Penulis : Wahyoko Fajar

*) Bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Bisa disapa melalui akun twitter @wahyokofajar